JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada April 2025 turun 2,15% dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 121,60.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,35%, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik lebih tinggi, yaitu 3,57%.
“Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan It nasional antara lain kelapa sawit, gabah, karet, dan cabai rawit,” kata Pudji dalam rilis resmi BPS, Jumat (2/5/2025).
Subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam adalah tanaman perkebunan rakyat, dengan penurunan sebesar 4,07%. Penurunan ini disebabkan It yang melemah 3,13% di tengah kenaikan Ib sebesar 0,98%.
Komoditas utama penyumbang penurunan indeks harga di subsektor ini meliputi kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi.
Sementara itu, subsektor hortikultura mencatatkan peningkatan NTP sebesar 2,72%. Kenaikan ini disebabkan oleh It yang naik 3,45%, melebihi kenaikan Ib sebesar 0,71%.
“Komoditas yang mendorong kenaikan It di subsektor hortikultura adalah bawang merah, cabai merah, tomat, dan petai,” jelas Pudji.
Nilai Tukar Nelayan (NTN) juga mengalami penurunan sebesar 0,13% pada April 2025. Hal ini disebabkan oleh It yang naik 0,32%, namun tidak mampu mengimbangi kenaikan Ib sebesar 0,45%.
Komoditas yang memengaruhi laju inflasi Ib di sektor kelautan antara lain teri, kakap, gulamah, tenggiri, dan bawal.
BPS juga mencatat Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) nasional mengalami deflasi sebesar 0,05% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada April 2025. Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi IHPB tercatat 1,63%, dan secara tahun kalender (year-to-date/ytd) sebesar 1,64%.