Harga cabai rawit merah (CRM) di produsen dan konsumen pun sempat melampaui harga acuan pembelian (HAP) hingga Maret, tetapi mulai terkoreksi turun hingga 30 sampai 40 persen pada awal Mei 2025.
Menurut Maino, keterbatasan sentra panen bawang merah yang hanya ada di delapan provinsi menimbulkan tantangan besar untuk menjamin pemerataan pasokan di seluruh kabupaten dan kota.
Dia menekankan pentingnya hilirisasi cabai seperti produksi cabai kering, guna menyerap panen berlimpah dan mengurangi ketergantungan terhadap impor cabai kering dari luar negeri.
Harga bawang merah di tingkat produsen mulai menembus HAP setelah sempat di bawah sejak pertengahan 2024, dengan harga Rp24.802 per kilogram pada awal Mei 2025.
Maino mengatakan, puncak panen raya bawang merah diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus, sehingga dibutuhkan intervensi seperti subsidi harga, pasar murah, dan dukungan logistik.
"Oleh karena itu, kita harus melakukan berbagai program intervensi mulai dari subsidi harga, subsidi transportasi, pasar murah hingga sangat perlu kerja sama semua pihak," katanya dikutip Antara.
Gerakan Pangan Murah (GPM) secara konsisten dilaksanakan Bapanas bersama pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya. Pada Mei 2025, Bapanas merencanakan 122 kali GPM di 28 kabupaten/kota.
"Jumlah itu masih dapat terus bertambah. Dengan itu, total GPM Januari-Mei tahun ini bisa menyentuh 2.945 kali," imbuh Maino.
Terpisah, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menambahkan, perpanjangan masa simpan cabai dan bawang merah bisa dilakukan melalui teknologi cold chain dalam program Koperasi Desa Merah Putih (KPDM) di seluruh Indonesia.
(Taufik Fajar)