PLTU Adipala saat ini menggunakan campuran biomassa sebesar 3-5% untuk mengurangi penggunaan batu bara. Sebagian pasokan biomassa berasal dari limbah serbuk kayu industri sekitar. Namun, untuk memastikan keberlanjutan pasokan, PLN EPI mendorong penanaman tanaman energi oleh masyarakat secara mandiri.
"Pasokannya dikhawatirkan tidak sustain, karena itu kita create suplai biomassa dengan penanaman tanaman energi oleh masyarakat secara mandiri," kata Officer Pengembangan Bisnis Biomassa PLN EPI Khalda Az Zahra.
Pengembangan ekosistem biomassa ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Dengan metode penanaman tumpang sari, petani dapat menghasilkan panen tanaman pangan. Selain itu, daun tanaman energi seperti Gamal dan Kaliandra dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Setiap kali panen, tanaman energi mampu menghasilkan 6-10 kg biomassa yang akan ditampung oleh BUMDes setempat, memberikan sumber pendapatan berkelanjutan bagi petani.
Fasilitas produksi biomassa yang dikelola BUMDes juga menyerap tenaga kerja lokal. Salah satunya adalah BUMDes Semar Keleng di Desa Keleng, Kecamatan Kesugihan, yang memiliki fasilitas produksi biomassa kepingan kayu berkapasitas 4 ton per hari dan mempekerjakan 20 pekerja.
PLN EPI dan IPB berencana memperluas lahan tanaman energi sebesar 90 hektare lagi untuk meningkatkan produksi biomassa hingga 1.000-2.000 ton per bulan. Langkah ini diharapkan dapat memenuhi target pemanfaatan biomassa PLTU Adipala hingga 42.000 ton per tahun, yang berdampak pada penurunan emisi sebesar 48.531,47 ton CO₂.
Sebagai bagian dari roadmap jangka panjang, PLN EPI dan IPB juga akan memperluas penanaman tanaman energi terpadu di lebih dari 50 titik di Pulau Jawa, termasuk di wilayah Gunungkidul, Tasikmalaya, Blora, Rembang, dan Brebes.
(Dani Jumadil Akhir)