Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

BI Ungkap Tanda-Tanda Ekonomi Indonesia Makin Melambat di 2025

Anggie Ariesta , Jurnalis-Rabu, 21 Mei 2025 |17:04 WIB
BI Ungkap Tanda-Tanda Ekonomi Indonesia Makin Melambat di 2025
BI Ungkap Tanda-Tanda Ekonomi Indonesia Makin Melambat di 2025 (Foto: Okezone)
A
A
A

3. Realisasi Kredit Perbankan April 2025 Melambat Jadi 8,88 Persen

Pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia pada April 2025 tercatat sebesar 8,88 persen (year-on-year/yoy), sedikit melambat dibandingkan bulan Maret 2025 yang mencapai 9,16 persen (yoy).

Meskipun terjadi perlambatan, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan pentingnya peran kredit perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2025 akan berada pada kisaran 8–11 persen.

"Dengan perkembangan kredit sampai dengan April 2025 tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 akan berada pada kisaran 8–11 persen," ungkap Perry.

4. Penyaluran Kredit Perbankan

Dari sisi penawaran, Perry menjelaskan bahwa minat bank untuk menyalurkan kredit (lending standard) masih terpantau baik, khususnya pada sektor pertanian, Listrik, Gas, dan Air (LGA), serta jasa sosial.

Kondisi likuiditas perbankan secara umum juga dinilai masih memadai. Namun, BI mencermati bahwa pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat, dari 5,51 persen (yoy) pada awal Januari 2025 menjadi 4,55 persen (yoy) pada April 2025.

Kondisi tersebut mendorong persaingan dalam pendanaan antar bank dan menekankan perlunya memperluas sumber pendanaan lainnya di luar DPK.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit terutama dikontribusikan oleh sektor industri, pengangkutan, dan jasa sosial. Sementara itu, kontribusi pertumbuhan kredit dari sektor konstruksi dan perdagangan serta sektor-sektor lainnya masih terbatas.

Berdasarkan kelompok penggunaan, kredit investasi menunjukkan pertumbuhan tertinggi sebesar 15,86 persen (yoy), diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 8,97 persen (yoy), dan kredit modal kerja sebesar 4,62 persen (yoy).

Selain itu, pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,85 persen (yoy), sedangkan kredit UMKM mencatatkan pertumbuhan 2,60 persen (yoy).

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, Perry menekankan perlunya berbagai upaya untuk meningkatkan penyaluran kredit, baik melalui penurunan suku bunga dan perluasan sumber dana perbankan, maupun peningkatan permintaan dari sisi sektor riil.

Bank Indonesia, lanjut Perry, akan terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan kredit, termasuk mengoptimalkan instrumen Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN), Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM), dan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement