Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ini Pentingnya Budaya Kerja Berkeadilan dan ESG dalam Industri Energi

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Minggu, 01 Juni 2025 |15:05 WIB
Ini Pentingnya Budaya Kerja Berkeadilan dan ESG dalam Industri Energi
Ini Pentingnya Budaya Kerja Berkeadilan dan ESG dalam Industri Energi (Foto: PLN)
A
A
A

JAKARTA - PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) menekankan pentingnya membangun budaya kerja berkelanjutan dan penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) dalam dunia ketenagakerjaan.

Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan, menyatakan bahwa meski baru berdiri secara resmi pada 2023, PLN EPI telah menjalankan berbagai inisiatif untuk membangun tata kelola yang inklusif dan berorientasi keberlanjutan.

“Kami mengelola seluruh kebutuhan energi primer PLN Grup, mulai dari batu bara, gas, BBM, hingga biomassa. Semua diarahkan mendukung transisi energi dan pencapaian Net Zero Emissions 2060,” kata Mamit dalam keteranganya, Jakarta, Minggu (1/6/2025).

1. Direktorat Khusus Biomassa

Dia menambahkan, PLN EPI membentuk Direktorat khusus biomassa dan mendorong substitusi batu bara dengan cofiring berbasis limbah organik. Selain itu, penguatan budaya kerja internal dilakukan melalui integrasi nilai AKHLAK, pelatihan lintas unit, serta keterlibatan pegawai dalam program sosial Employee Volunteering Program (EVP).

“Target kami bukan hanya efisiensi operasional, tapi juga menciptakan happy workplace, Kami punya daycare, ruang laktasi, dan engagement score kami tahun lalu mencapai 80,58,” ujarnya.

 



2. Isu-Isu Ketenagakerjaan

Di sisi lain, Presiden KSBSI, Elly Rosita Silaban menyoroti pentingnya kolaborasi dan pendekatan dialog sosial dalam menyelesaikan isu-isu ketenagakerjaan. “Kita tak bisa terus menggunakan pendekatan naming and shaming. Perlu ruang dialog yang sehat agar pekerja merasa aman dan mau terlibat dalam serikat,” ungkapnya.

Elly juga menyinggung tantangan ketimpangan kapasitas antara serikat pekerja dan pengusaha dalam hal riset dan pelaporan publik. “Buruh sering kalah dalam narasi karena tidak punya akses pendanaan untuk membuat kajian. Padahal banyak praktik baik di lapangan yang tidak terdokumentasikan,” jelasnya.

Meski demikian, dia mengapresiasi inisiatif perusahaan-perusahaan membuka ruang kolaborasi dan melibatkan pekerja dalam proses pengambilan kebijakan.

“Kami ingin hadir bukan sekadar menuntut, tapi juga memberi kontribusi untuk keberlangsungan bisnis,” tegasnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement