Sebelum terjun ke dunia akademik, Oki memulai kariernya di industri hulu migas sebagai Chemical Supervisor di Repsol YPF (kini PHE OSES) pada awal 2000-an. Pengalaman internasionalnya mencakup kerja sama riset dengan University of Minnesota, Hokkaido University, dan Åbo Akademi di Finlandia.
Dilansir dari profil LinkedIn, Oki meraih gelar doktor dari TU Eindhoven, magister dari TU Delft, dan sarjana teknik kimia dari ITB.
Dia masuk daftar 2% ilmuwan paling berpengaruh di bidang energi versi Stanford University pada 2020, serta menerima berbagai penghargaan internasional seperti NIOK Award dan Huygens Scholarship.
Dalam kiprahnya di Pertamina, Oki memimpin berbagai inisiatif teknologi seperti Enhanced Oil Recovery (EOR), Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), dan pengembangan hidrogen hijau dari panas bumi. Ia juga mendorong inovasi katalis ramah lingkungan dan strategi dekarbonisasi dalam rangka transisi energi.
Salah satu kontribusi pentingnya adalah keterlibatan dalam proyek Katalis Merah Putih, yang bertujuan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor katalis kilang, sekaligus memperkuat kemandirian industri energi nasional.
Berikut adalah susunan direksi Pertamina berdasarkan RUPS Tahunan Tahun Buku 2024:
1. Direktur Utama: Simon Aloysius Mantiri;
2. Wakil Direktur Utama: Oki Muraza;
3. Direktur Manajemen Risiko: Ahmad Siddik Badruddin;
4. Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha: A. Salyadi Dariah Saputra;
5. Direktur Logistik dan Infrastruktur: Jaffee Arizon Suardin;
6. Direktur Keuangan: Emma Sri Martini;
7. Direktur Penunjang Bisnis: M. Erry Sugiharto;
8. Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis: Agung Wicaksono; serta
9. Direktur Sumber Daya Manusia: Andy Arvianto.
(Taufik Fajar)