Ini Dampak Ekonomi jika Selat Hormuz Resmi Ditutup Iran (Foto: Reuters)
Lonjakan Harga Minyak dan Inflasi
Nah, dalam kondisi demikian, pasar energi bisa sangat sensitif terhadap gangguan. Paling utama, harga minyak bisa melonjak. Jika penutupan benar-benar terjadi, sejumlah analis memperkirakan harga minyak bisa menembus US$100–150 per barel, bahkan lebih.
Lonjakan harga ini akan mengerek biaya transportasi, bahan bakar, listrik, dan barang konsumsi lainnya. Efek dominonya, inflasi global dapat terdorong naik secara signifikan. Hal ini memperparah kondisi ekonomi di negara-negara dengan daya beli rendah.
Gangguan Logistik dan Rantai Pasok
Selain minyak, penutupan Selat Hormuz juga akan berdampak besar pada logistik internasional. Kapal-kapal pengangkut energi dan bahan baku akan terpaksa memutar ke jalur yang lebih panjang dan mahal, sehingga memperlambat pengiriman, menaikkan ongkos asuransi dan transportasi, serta menciptakan kelangkaan barang di banyak wilayah.
Belum lagi, negara-negara Teluk yang menggantungkan sebagian besar pendapatan dari ekspor energi akan terkena pukulan berat. Meski beberapa negara punya jalur pipa alternatif, kapasitasnya hanya mencakup sebagian kecil.
Menariknya, Iran sendiri sebenarnya juga bergantung pada ekspor minyak melalui jalur ini. Penutupan selat seharusnya dapat menutup jalan devisa utama mereka, sehingga memperburuk ekonomi domestik yang sudah terpukul oleh sanksi internasional.
Dampak lain yang bisa muncul berkaitan aksi militer. Penutupan Selat Hormuz tidak akan dibiarkan begitu saja.
Amerika Serikat dan sekutunya kemungkinan akan meningkatkan kehadiran militer di kawasan untuk memastikan jalur pelayaran tetap terbuka.
Jika eskalasi militer terjadi, efeknya bisa lebih buruk daripada sekadar inflasi. Itulah ulasan mengenai dampak ekonomi jika Selat Hormuz resmi ditutup Iran.
(Dani Jumadil Akhir)