Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Gubernur BI Ungkap Alasan Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,25 Persen

Anggie Ariesta , Jurnalis-Rabu, 16 Juli 2025 |15:48 WIB
Gubernur BI Ungkap Alasan Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,25 Persen
Bank Indonesia (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan alasan keputusan menurunkan suku bunga acuan ke level 5,25 persen. 

Keputusan ini diambil konsisten dengan makin rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang berada dalam sasaran 2,5 persen ± 1 persen. Selain itu, keputusan ini juga didukung oleh terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya, serta adanya kebutuhan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi sesuai dengan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik," kata Perry dalam pengumuman hasil RDG BI periode Juli 2025 dengan cakupan triwulanan secara virtual, Rabu (16/7/2025).

Adapun Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. 

Sejalan dengan itu, suku bunga Deposit Facility juga dipangkas 25 bps menjadi 4,50 persen, dan suku bunga Lending Facility turun 25 bps menjadi 6,00 persen.

 

Perry menambahkan bahwa kebijakan makroprudensial akomodatif akan terus dioptimalkan dengan berbagai strategi untuk meningkatkan kredit/pembiayaan, menurunkan suku bunga, dan fleksibilitas pengelolaan likuiditas perbankan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, serta penguatan infrastruktur dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran," jelasnya.

Di samping itu, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.

Sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga terus dipererat untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

Penurunan suku bunga ini juga mempertimbangkan peningkatan ketidakpastian ekonomi global pasca pengumuman kenaikan tarif efektif resiprokal Amerika Serikat (AS) ke beberapa negara maju dan berkembang.

"Kebijakan kenaikan tarif resiprokal AS yang direncanakan berlaku mulai 1 Agustus 2025 ini diperkirakan akan memperlemah prospek pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di negara maju," kata Perry.

Dengan demikian, BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 masih belum kuat, sekitar 3,0 persen. Meski demikian, tekanan inflasi di AS yang terus menurun mendorong tetap kuatnya ekspektasi arah penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement