JAKARTA - Segini kisaran gaji Abdi Dalem Keraton Yogyakarta lengkap dengan tugasnya. Abdi Dalem Keraton Yogyakarta merupakan aparatur yang bertugas menjalankan operasional serta menjaga kelestarian budaya di lingkungan keraton.
Meski memiliki peran penting, gaji yang diterima para Abdi Dalem terbilang kecil dan bukan menjadi motivasi utama dalam pengabdian mereka.
Melansir laman resmi kratonjogja pada Minggu, (14 Agustus 2025) Abdi Dalem terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu Punakawan dan Kaprajan.
Abdi Dalem Punakawan berasal dari masyarakat umum yang mengabdi langsung di keraton.
Golongan ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu Punakawan Tepas yang bekerja selayaknya pegawai kantor, serta Punakawan Caos yang datang setiap sepuluh hari sekali untuk menunjukkan hormat kepada Sultan.
Sementara itu, Abdi Dalem Kaprajan berasal dari kalangan pensiunan PNS, TNI, maupun Polri yang mengabdikan diri secara sukarela di keraton. Umumnya, mereka tidak menerima honor dari dana keistimewaan.
Berdasarkan jurnal Hak dan Kewajiban Abdi Dalem dalam Pemerintahan Kraton Yogyakarta karya Agus Sudaryanto, sistem gaji Abdi Dalem terbagi menjadi dua. Abdi Dalem Punakawan menerima gaji dari Keraton, sedangkan Abdi Dalem Kaprajan mendapatkan gaji dari pemerintah pusat.
Sumber dana untuk menggaji Abdi Dalem berasal dari pemasukan keraton, seperti sewa lahan, pengelolaan museum, serta dukungan dana dari pemerintah pusat.
Namun, jumlah yang diterima relatif kecil. GBPH Yudaningrat pernah menyebutkan bahwa Sultan Hamengkubuwono X hanya menerima Rp200.000 per bulan, sedangkan Abdi Dalem digaji mulai dari Rp2.000 hingga Rp20.000 per bulan.
Selain gaji pokok, Abdi Dalem Punakawan juga berhak menerima honor tambahan dari dana keistimewaan yang besarannya berbeda-beda sesuai dengan pangkat. Meski demikian, banyak Abdi Dalem yang menganggap gaji tersebut sebagai "uang berkah" dan lebih menekankan pengabdian daripada penghasilan.
Selain menjalankan operasional, Abdi Dalem juga disebut sebagai abdi budaya. Mereka dituntut menjadi teladan bagi masyarakat melalui sikap unggah-ungguh dan tata krama.
Ciri khas Abdi Dalem tampak dari pakaian tradisional yang mereka kenakan, berjalan tanpa alas kaki dan bagi perempuan tidak diperbolehkan memakai perhiasan. Aturan ini dimaksudkan untuk menghapus perbedaan status sosial di antara mereka.
Abdi Dalem yang paling dekat dengan Sultan dikenal dengan sebutan Keparak, sebagian besar merupakan perempuan.
Mereka bertugas menjaga ruang pusaka, menyiapkan perlengkapan upacara, serta memenuhi kebutuhan Sri Sultan, permaisuri, dan putra-putri yang tinggal di keraton.
Meski tidak menjanjikan gaji besar, profesi Abdi Dalem dianggap sebagai bentuk pengabdian luhur demi melestarikan budaya Jawa dan menjaga keberlangsungan tradisi Keraton Yogyakarta.
(Taufik Fajar)