JAKARTA – Nilai tukar Rupiah merosot sepanjang perdagangan pekan ini. Pemicunya perpaduan antara data ekonomi Amerika Serikat yang kuat dan gejolak politik di dalam negeri.
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar spot ditutup di level Rp16.500 per dolar AS atau melemah 0,90 persen dari akhir pekan sebelumnya.
Sementara itu, menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup di Rp16.461 per dolar AS, atau melemah 0,74 persen dalam sepekan. Pelemahan ini dipicu oleh dua sentimen utama, yakni faktor eksternal dan internal.
Menurut Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi, penguatan dolar AS disebabkan oleh data ekonomi AS yang positif.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 AS direvisi naik, melampaui proyeksi awal, dan jumlah klaim tunjangan pengangguran menurun.
"Ini sebuah tanda kekuatan di pasar tenaga kerja," kata Ibrahim, Minggu (30/8/2025).
Selain itu, ia mencermati pernyataan Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, yang mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan September 2025. Peristiwa ini diperkirakan dapat memperkuat dolar AS.
Dari dalam negeri, aksi demonstrasi yang memuncak dengan insiden taktis Brimob yang menabrak pengemudi ojek online di Pejompongan memicu gelombang aksi massa baru.
Menurut Ibrahim, ketegangan sosial dan politik yang mendominasi sentimen domestik ini diperkirakan akan terus memanas pekan depan.
"Dalam pelemahan ini, kemungkinan rupiah akan mendekati level 16.600-an. Artinya apa? Bahwa 16.600 itu angka minimal. Bisa saja di 16.600–16.650 itu yang kemungkinan terjadi," kata Ibrahim.
Di sisi lain, BI mencatat adanya aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia. Pada pekan keempat Agustus 2025 (25–28 Agustus), investor asing mencatat jual neto sebesar Rp250 miliar di pasar keuangan domestik.
Penjualan ini didominasi oleh Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp10,79 triliun.
Meskipun demikian, investor asing masih mencatat beli neto di pasar saham (Rp2,62 triliun) dan Surat Berharga Negara (SBN) (Rp7,93 triliun).
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan.
(Feby Novalius)