JAKARTA - Industri furnitur Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan. Padahal pasar produk kayu olahan di masa depan masih sangat tinggi.
Plt Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika menyampaikan, tantangan industri furnitur Indonesia saat ini adalah isu terhambatnya logistik pengiriman ekspor akibat kondisi geopolitik.
Kemudian isu kebijakan kelestarian lingkungan di negara tujuan ekspor, misalnya The European Union Deforestation Regulation (EUDR).
"Kebijakan Non-Tariff Barriers (NTBs) yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor (4) Kebijakan tarif resiprokal AS. Meningkatnya impor furnitur, terutama furnitur logam dan plastik serta isu keamanan dalam berinvestasi," ujarnya, Rabu (24/9/2025).
Dengan tantangan tersebut, maka industri kayu olahan dan furnitur tentu saja perlu didukung dengan sumber daya permesinan yang mencukupi sehingga dapat mengoptimalkan produktivitas.
"Salah satu penyebab pelaku industri furnitur dan kayu olahan seringkali terpaksa menolak order volume besar dikarenakan kapasitas produksi yang rendah akibat mesin/peralatan yang tidak memadai," ujarnya.
Dalam rangka peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, salah satunya di lini teknologi, Kementerian Perindustrian melaksanakan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu, berupa pemberian reimburse penggantian sebagian pembelian mesin/peralatan sesuai kriteria, maksimal 15% untuk mesin impor dan maksimal 30% untuk mesin produksi lokal disertai sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 25%. Program ini telah berlangsung selama 3 (tiga) tahun sejak tahun 2022.
Sejumlah 33 perusahaan industri pengolahan kayu (termasuk furnitur kayu) yang terfasilitasi, dengan total nilai reimburse sebesar Rp20,6 miliar.
Berdasarkan data isian laporan perkembangan penggunaan mesin/peralatan oleh perusahaan, dampak program restrukturisasi terhadap perusahaan yaitu: (1) Peningkatan efisiensi proses rata-rata sebesar 8% (TA 2022) dan 11% (TA 2023); (2) Peningkatan mutu rata-rata sebesar 17% (TA 2022) dan 21% (TA 2023); (3) Peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 12% (TA 2022) dan 24% (TA 2023).
Selain itu pemerintah juga terus berupaya mendukung pengembangan industri melalui: (1) Fasilitasi ketersediaan bahan baku (2) Fasilitasi ketersediaan SDM terampil (3) Fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar (4) Fasilitasi program kredit/pembiayaan investasi dan/atau modal kerja melalui program Kredit Industri Padat Karya (KIPK) serta (5) Fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi, antara lain melalui pemberian fasilitas insentif perpajakan (tax allowance, tax holiday, super deduction tax), preferensi tarif, ketentuan lartas, serta kemudahan prosedur ekspor produk jadi dan impor bahan baku atau bahan penolong.
Di sisi lain, kehadiran The International Furniture Manufacturing Components and Woodworking Machinery Exhibition (IFMAC & WOODMAC), diharapkan dapat memberikan akses kepada produk-produk mesin, peralatan, komponen pendukung, serta teknologi lainnya untuk industri kayu olahan dan furnitur di Indonesia dengan teknologi up to date, efisien, hemat energi, namun tetap dapat memberikan hasil yang optimal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas produk kayu olahan dan furnitur Indonesia serta meningkatkan kinerja ekspor nasional.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Wahana Kemalaniaga Makmur Rini Sumardi, mengatakan, IFMAC WOODMAC 2025 adalah platform transformatif yang memberdayakan bisnis untuk memimpin pasar furnitur dan pertukangan kayu Indonesia yang dinamis.
Dengan menyatukan inovator global dengan keahlian lokal, kami mendorong kemajuan teknologi dan pertumbuhan berkelanjutan, memposisikan Indonesia sebagai pemimpin global.”
Industri perkayuan terus berkembang dan menuntut solusi produksi yang semakin canggih. IFMAC WOODMAC 2025 menjadi akses penting bagi produsen nasional untuk menjangkau teknologi global dan meningkatkan daya saing sektor ini.
Karena itu, para anggota ISWA menyambut baik kesempatan berinteraksi dengan peserta pameran dan pengunjung,” ujar Ir. H.M. Wiradadi Soeprayogo, Ketua Umum ISWA (Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia).
Pada tahun 2024 industri pengolahan kayu (KBLI 16) memberikan kontribusi sebesar 2,25% terhadap PDB pengolahan non migas, dengan nilai kinerja ekspor mencapai 3,73 miliar USD. Sedangkan industri furnitur (KBLI 31), pada tahun 2024 memberikan kontribusi sebesar 1,15% terhadap PDB pengolahan non migas, dengan nilai kinerja ekspor mencapai 1,61 miliar USD
(Taufik Fajar)