Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kurangi Emisi, Penggunaan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan Dikebut

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Senin, 20 Oktober 2025 |11:13 WIB
Kurangi Emisi, Penggunaan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan Dikebut
Kurangi Emisi, Penggunaan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan Dikebut (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - PT Pertamina Patra Niaga mendorong dekarbonisasi sektor penerbangan melalui pengembangan bahan bakar pesawat berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Pengembangan bioavtur atau SAF berbahan baku campuran Used Cooking Oil (UCO)/minyak jelantah sebagai alternatif avtur berbasis fosil. Tujuannya adalah untuk mengurangi emisi karbon dalam industri penerbangan secara signifikan.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra mengatakan, Pertamina Patra Niaga menegaskan komitmennya untuk berada di garis depan dalam pengembangan energi bersih bagi industri penerbangan. 

"Pertamina Sustainable Aviation Fuel Forum 2025 menjadi ruang penting untuk memperkuat kolaborasi dan menegaskan kesiapan teknis Indonesia dalam menghadirkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang kompetitif dan berstandar global,” katanya di Jakarta, Senin (20/10/2025).

Pertamina Group sendiri telah memanfaatkan minyak jelantah menjadi SAF melalui ekosistem SAF terintegrasi dari pengumpulan, pengolahan, hingga distribusi. Upaya ini tak hanya menekan emisi, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi sirkular bagi masyarakat dan mempercepat transisi menuju energi bersih.

Saat ini, Indonesia memiliki potensi besar dari limbah minyak jelantah (used cooking oil/UCO), dan Pertamina berkomitmen untuk memanfaatkannya menjadi energi bersih bernilai tinggi.

Pertamina telah melakukan penelitian dan pengembangan SAF selama lebih dari satu dekade, mulai dari konversi bahan baku, proses penyulingan, hingga sertifikasi kualitas produk.

Produk SAF Pertamina telah memenuhi standar internasional yang menjadi acuan dalam industri penerbangan global.

 

Sementara itu, Country Manager Indonesia Cathay Pacific Airways Tony Sham menyoroti pentingnya ekosistem dan kebijakan pendukung adopsi SAF di Asia. 

“Cathay Pacific menargetkan 10% pemakaian pada 2030, sementara pada tahun 2024 saja Cathay Pacific telah menggunakan 6.884 KL SAF. Indonesia berpotensi menjadi pemasok strategis SAF berbasis minyak jelantah bila tantangan ketersediaan dan harga dapat diatasi melalui kolaborasi lintas pelaku,” jelasnya.

Senior Managing Director Boeing Malcom An menyoroti bahwa upaya dekarbonisasi di sektor penerbangan membutuhkan pendekatan yang melibatkan seluruh industri. 

“Boeing berupaya mewujudkan penerbangan yang lebih berkelanjutan melalui pesawat yang lebih baru dan efisien, energi yang lebih bersih, serta teknologi canggih. Di kawasan Asia Tenggara, minat untuk mengubah minyak jelantah dan limbah pertanian menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) terus meningkat. Kawasan ini memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sendiri, bahkan berpotensi memproduksi lebih untuk diekspor,” ujarnya.

 

Di sisi lain, Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Sokhib Al Rokhman menegaskan pemerintah tengah memperkuat kebijakan untuk mempercepat penggunaan SAF yang selaras dengan roadmap dan standard internasional. 

“Roadmap SAF, mekanisme MRV oleh operator, serta regulasi penerapan skema CORSIA telah disiapkan. Dengan sertifikasi sesuai ketentuan Ditjen Migas dan ICAO CORSIA, dan insentif yang proporsional, adopsi SAF di dalam negeri dapat dipercepat,” ujarnya.

Dari sisi sertifikasi, CEO Qualitas Sertifikasi Indonesia Ryanza Prasetya menegaskan pentingnya International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) CORSIA dalam menjaga integritas dan keberlanjutan rantai pasok SAF. 

“Sertifikasi ini memastikan asal bahan baku, perhitungan emisi, dan ketelusuran di setiap tahap produksi berjalan transparan dan sesuai standar global,” ujarnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement