JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN/PGAS) telah menyelesaikan uji tuntas (due diligence) terhadap dua produsen gas yang akan diakuisisi. Realisasi akuisisi menunggu persetujuan pemegang saham.
"Sudah ada dua (perusahaan) yang due diligence," kata Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso di Jakarta kemarin.
Hendi menjelaskan, perseroan menyiapkan dana USD350 juta untuk program akuisisi tahun ini. Dana tersebut diambil dari kas perseroan. Jika ternyata kurang, perseroan akan mencari tambahan melalui pinjaman perbankan. Dana akuisisi tersebut di luar belanja modal (capital expenditure/ capex) tahun ini yang senilai USD250 juta-300 juta.
"Capex hanya untuk konstruksi dan maintenance, sedangkan anggaran akuisisi itu di luar capex," ungkapnya.
Hendi mengakui perseroan masih mengkaji realisasi rencana tersebut karena diperlukan kesepakatan dari pemegang saham.Karena itu, akuisisi belum akan dilakukan pada paruh pertama tahun ini.
"Besaran akhirnya tergantung kesepakatan dari sisi transaksi dan persetujuan pemegang saham," imbuhnya.
Menurut Hendi, akuisisi akan dilakukan tanpa menggandeng mitra.Walau begitu, jika ada perusahaan yang tertarik, tidak tertutup kemungkinan akan dibentuk konsorsium.
Gandeng Pertamina
Pada kesempatan tersebut Hendi juga mengungkapkan bahwa perseroan bersama PT Pertamina mendirikan perusahaan patungan dengan nama PT Nusantara Regas.Akta pendirian perusahaan patungan untuk floating storage and regasification terminal (FSRT) gas alam cair (LNG) di Jawa Barat itu ditandatangani kemarin.
"Pembangunan fisiknya dimulai akhir semester I-2010," katanya.
Dalam perusahaan patungan itu Pertamina akan memiliki 60 persen saham dan sisanya dikuasai PGN. Sementara itu, struktur permodalannya, yakni modal dasar sebesar Rp2 triliun dan modal disetor Rp500 miliar, dengan rincian sebesar Rp300 miliar disetor Pertamina dan PGN Rp200 miliar. Pasokan gas untuk memenuhi kebutuhan fasilitas tersebut akan diambil dari sumber gas di Kalimantan Timur dengan total volume mencapai 11,75 juta ton selama 11 tahun.
Pemanfaatan LNG tersebut untuk memenuhi kebutuhan gas domestik,terutama bagi pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun industri. Saat ini kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN sekitar 300 mmscfd. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Herawati Legowo berharap,pembangunan terminal penerima LNG tersebut bisa rampung pada September 2011.
"Pembangunannya tidak memerlukan waktu lama lantaran bisa menggunakan kapal yang diubah menjadi receiving terminal.Terserah mereka,mau sewa atau beli kapal," ujarnya.
Peran receiving terminal tersebut sangat penting untuk menjaga pasokan gas domestik karena pada 2014 diperkirakan permintaan LNG cukup besar.
Pasar LNG di Asia diprediksi juga meningkat lantaran pasokan dari Amerika mulai berkurang. Menteri BUMN Mustafa Abubakar juga berharap perusahaan patungan tersebut dapat menata suplai serta distribusi gas di dalam negeri. "Di saat kita kesulitan gas, terobosan seperti ini sangat tinggi distribusinya," katanya.
(Widi Agustian)