JAKARTA - Director of Investment Banking PT Indopremier Securities Moloenoto The yang memperkirakan, permintaan investor asing dan lokal di pasar bursa lokal masih cukup kuat.
Kondisi ini akan dimanfaatkan perusahaan dari sektor barang konsumsi dan infrastruktur untuk menggalang dana baik melalui pelepasan saham perdana (initial public offering/IPO), obligasi atau saham baru (right issue).
Menurut dia, penggalangan dana pasar modal dinilai masih menjadi alternatif bagi perusahaan untuk menekan cost of fund. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan menurunkan tingkat suku bunga, jika inflasi masih terjadi pada level satu digit.
Apalagi tren suku bunga rendah tampaknya juga masih akan dipertahankan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Penurunan suku bunga tersebut diperkirakan akan memicu penurunan kupon obligasi. Momentum ini semestinya dimanfaatkan perusahaan untuk menerbitkan obligasi.
“Selama kita percaya kondisi bisnis tetap expanding mestinya kebutuhan funding akan tetap tumbuh, dan ada celah dari perusahaan untuk mendapatkan funding dari capital market. Jadi mestinya lebih bagus lagi tahun depan,” ujar Moloenoto, di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) terbaru hingga minggu kedua Oktober 2010, nilai emisi obligasi korporasi yang sudah tercatat maupun terdaftar mencapai Rp30,89 triliun.
Adapun nilai emisi saham hingga pencatatan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk kemarin, nilainya mencapai Rp16,35 triliun. Sedangkan nilai right issue mencapai Rp19,90 triliun, itu belum termasuk right issue dua bank pelat merah PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Negara Indonesia yang nilainya diperkirakan bisa mencapai Rp21 triliun.
Moloenoto mengungkapkan, hal ini merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan efek. Pasalnya, dari setiap emisi yang dilakukan perusahaan efek, fee yang didapatkan berkisar 2,5-3,5 persen. Namun sejumlah perusahaan efek mulai membanting fee penjaminan emisi. sehingga menyebabkan perang tarif. Dia menilai kompetisi untuk memperebutkan pasar dalam negeri akan semakin ketat.
Apalagi sejumlah perusahaan efek global yang sudah mulai beroperasi di Indonesia yakni PT Morgan Stanley Indonesia, PT Commentwealth Securities, Daiwa Securities, Goldman Sach, dan Religare Enterprise Limited.
“Pelaku industri harus mulai melakukan konsolidasi agar situasi tersebut tidak membuat mati pemain-pemain lokal,” katanya.