JAKARTA - Perubahan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam RAPBN-P 2012 sebesar 6,5 persen dilakukan mengingat kondisi perekomian global yang cenderung fluktuatif dengan tren menurun.
Pelaksana tugas (Plt) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brojonegoro menjelaskan pertumbuhan perekonomian dunia saat ini cenderung menurun, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan perekonomian Indonesia bisa lebih terkoreksi.
Menurut Bambang, pemerintah harus mewaspadai menurunnya perekonomian global, apalagi sejumlah negara di dunia masih mengalami penurunan perkenomian yaitu diantaranya di negara Eropa.
"Di Eropa,selain karena krisis utang kita lihat penjualan ritelnya dan produksinya juga menurun. Ini patut kita waspadai," ungkapnya kala ditemui dalam Badan Anggaran (Banggar), DPR, Senayan, Jakarta,Kamis (15/3/2012).
Meski begitu, dia meyakini pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tertera dalam asumsi makro APBN-Perubahan sebesar 6,5 persen. "Apabila ada extra effort,di antaranya adanya stimulus fiskal dan penyerapan anggaran yang lebih baik lagi," tambah dia.
Kendati demikian, dia mengatakan ada angin segar dari data Amerika Serikat (AS) yang menunjukan penjualan ritel dan rumah baru kembali meningkat. "Jadi ada kemungkinan perekonomian membaik. Tapi tetap saja kita harus tetap waspada,"pungkasnya.
Seperti diketahui, dikarenakan situasi perekonomian dunia yang cenderung menurun pemerintah pun merubah asumsi makro perekonomian dalam APBN 2012.
Salah satunya dalam APBN-P 2012 asumsi pertumbuhan perekonomian diajukan dari 6,7 persen menjadi 6,5 persen. Dimana jika melihat dari kesepatakan di komisi XI DPR RI mengusulkan pertumbuhan perekonomian menjadi sebesar 6,3 persen hingga 6,7 persen.
(Martin Bagya Kertiyasa)