JAKARTA - Untuk membangun infrastruktur listrik dan menangani kelistrikan di Indonesia, Perusahaan Listrik Negara (PLN) kerap menambalnya dengan utang.
Direktur Utama PLN, Nur Pamudji menjelaskan, hal tersebut dikarenakan harga listrik di Indonesia cenderung murah sehingga terus mengalami defisit dan harus ditutup dengan utang.
"Kelistriknan kita dibangun dengan kebanyakan utang karena dibuat harganya relatif murah sehingga dari pelanggan saja defisit, terus ditutup subsidi. Lain industri listrik di tempat lain seperti Thailand," ungkapnya kala ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu (24/3/2012).
Dia mencontohkan, perusahaan listrik negara lain sekelas Thailand, return on asset-nya mencapai delapan persen, sementara di Indonesia sendiri yaitu di PLN return on asset-nya hanya tiga persen.
"Negara tetangga kaya Thailand delapan persen sehingga bisa memupuk dana untuk investasi dari dana internal bisa untuk investasi. Saya bisa katakan kalau kita return on aset tiga persen. Investasi harus didasari utang," paparnya.
Pamudji menjelaskan mulai tahun ini utang jatuh tempo PLN mencapai Rp18 triliun. Dia menyebutkan, ROA PLN memang di set rendah oleh pemerintah dan tidak mengikuti harga pasar.
Bahkan dia menambahkan jika kondisinya terus begini, pembangunan listrik Indonesia akan terus mengalami defisit dan listrik Indonesia akan terus dibangun dengan utang. "Tahun depan malah lebih kayanya, kan nambah nambah terus," pungkasnya
(Martin Bagya Kertiyasa)