JAKARTA - Penyerapan belanja Kementerian Lembaga (K/L) pada Triwulan I tahun 2012 mencapai 11,08 persen atau masih di bawah target yang ditetapkan, yakni sebesar 25 persen. Namun, pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011 yang hanya 7,55 persen.
Ketua Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) Kuntoro Mangkusubroto mengatakan, realisasi penyerapan anggaran K/L pada Triwulan I tahun ini memang belum memenuhi rencana penyerapan anggaran yang telah ditargetkan. Namun, dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena target 25 persen merupakan target yang sangat optimis dan lebih dimaksudkan sebagai pemicu percepatan penyerapan.
“Memang kita men-set target tinggi 25 persen. Kita sengaja tetapkan itu untuk menarik (percepatan penyerapan). Jadi kalau capaiannya baru 11 persen saya kira itu tidak perlu menjadi masalah,” ucap Kuntoro, di Jakarta, Kamis (12/4/2012).
Kuntoro menambahkan satu hal yang harus digarisbawahi dalam penyerapan anggaran pada Triwulan I ini adalah semakin membaiknya penyerapan belanja modal. Per 30 Maret 2012, realisasi penyerapan anggaran belanja modal sudah mencapai 6,71 persen atau naik hampir dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 3,45 persen.
Bila merujuk pada anggaran belanja modal pada APBN 2012 yang ditetapkan sekitar Rp152 triliun maka penyerapan belanja modal hingga 30 Maret sekitar Rp10,19 triliun.
“Satu hal yang menggembirakan, ada K/L yang belanja modalnya yang sudah dua kali lipat dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Yang seperti itu ada 11-12 K/L,” imbuh Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
Beberapa K/L yang mampu melakukan penyerapan belanja modal dengan sangat baik adalah kementerian Riset dan Teknologi (22,86 persen, tahun 2011 sebesar 0,08 persen), Kementerian Pertanian (6,89 persen, tahun lalu 1,88 persen) Kementerian Koperasi dan UKM (7,39 persen, tahun 2011 sebesar 0,04 persen), serta Badan Pusat Statistik (21,93 persen, tahun lalu 2,72 persen).
Selain belanja modal, penyerapan anggaran belanja barang juga membaik dari 5,91 persen pada Triwulan I 2011 menjadi 7,38 persen pada Triwulan I tahun ini.
Kendati cukup puas, Kuntoro mengingatkan masih ada dua persoalan besar dalam penyerapan anggaran yaitu kurangnya persiapan adminsitratif serta pelaksanaan pengunaan anggaran yang sering tidak tepat. Persoalan adminstratif muncul karena pejabat-pejabat yang melaksanakan pelelangan justru belum ada saat lelang akan digelar.
Sementara itu, masalah kedua terjadi karena rencana penggunaan anggaran kadang belum selesai hingga tahu anggaran berjalan. Kuntoro bahkan menyebut bahwa hingga kini masih ada setengah ari Kementerian/Lembaga yang ada atau sekitar 85 K/L yang ada yang belum menyerahkan rencana penggunaan anggarannya.
“Ada 50 persen dari K/L yang bahkan mengeset targetnya saja belum ada. Kenapa mereka belum menetapkan target? padahal target itu kan sebeltulnya rencana kerja mereka,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Mardiasmo mengungkapkan perbaikan penyerapan belanja modal salah satunya karena ada percepatan proses lelang. Bila sebelumnya, proses lelang dilakukan setelah pagu keluar maka mulai tahun ini, lelang bisa dilakukan pada awal tahun.
Perbaikan penyerapan juga menyangkut proses pencairannya. Bila sebelumnya rencana penyerepan K/L menggunakan system pukul rata per kuartal maka sekarang pencairannya melalui mekanisme disbursement plan (perincian pencairan anggaran). “Sekarang juga pakai disbursement plan, jangan setahun dibagi 12 tapi dirinci, prioritasnya apa jadi kita bagi menjad belanja pegawai, modal, dan barang,” tandasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)