JAKARTA - Pemerintah mengaku kuota subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar 40 juta kilo liter (Kl) tidak akan bisa bertahan. Pasalnya, subsidi sebesar 40 juta kl merupakan subsidi yang memperhitungkan kenaikan BBM.
"Dari perhitungan kita kalo hanya 40 Juta kl gak akan kuat," ungkap Dirjen Migas Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita Legowo, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (10/7/2012).
Evita menambahkan, jatah Subsidi BBM sebesar 40 Juta kl tersebut, dahulu dihitung dengan asumsi adanya kenaikan harga BBM bersubsidi. "Pasti lebih (subsidinya), karena gini jadi jangan lupa, angka 40 dulu itu dengan perkiraan kita bisa mengurangi subsidi (menaikan harga)," jelas Evita.
Dia mengaku prihatin, atas hal tersebut, karena perhitungan jatah tersebut berdasrkan kenaikan harga. Namun pada kenyataannya, harga BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan. "Perhitungan APBN 2012 dan APBNP itu berdasarkan kenaikan atau penurunan subsidi tadi," jelas dia.
Evita menambahkan, pemerintah berhati-hati dalam penggunaan BBM tersebut. Dia melanjutkan, harus berupaya menekan subsidi tersebut. "Karena itu pemerintah kan menyampaikan bahwa dengan penghematan," tutup Evita.
(Martin Bagya Kertiyasa)