JAKARTA - Sejumlah investor China akan menanamkan modal hingga USD9,5 miliar di sektor berbasis aluminium dan besi baja. Dana investasi itu antara lain digunakan untuk membangun pabrik Direct Reduced Iron (DRI) di Garut, Jawa Barat dengan total kapasitas sebesar enam juta ton.
Pembangunan pabrik DRI dilakukan oleh Oriental Mining and Minerals Resources Co Ltd dan Rui Tong Investment Co Ltd. Rencananya, pembangunan pabrik akan dilakukan dalam empat tahap, yakni untuk 0,6 juta ton di tahap pertama di 2016, tahap kedua 1,4 juta ton di 2017, dua juta ton di tahap ketiga pada 2018, dan dua juta ton di tahap terakhir pada 2019.
Adapun untuk tahap pertama dan kedua diperkirakan akan membutuhkan investasi USD1,5 miliar. Melalui pembangunan pabrik itu, diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 16 ribu orang.
Selain itu, investor China yang lain yakni Beijing Shuang Zhong Li Investment Managemnet Co Ltd akan membangun pabrik pemurnian alumina (alumina refinery), peleburan alumina (aluminium smelter) dan pembangkit listrik (power plant) di Kalimantan Barat yang nilainya diperkirakan mencapai USD7 miliar-USD8 miliar.
Hal tersebut disepakati melalui penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara para investor tersebut dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, penandatanganan MoU adalah bukti konkret dari hubungan baik antara kedua negara dalam mengembangkan industri berbasis logam di Indonesia.
Pabrik DRI, kata dia, nantinya akan mengadopsi teknologi yang telah diterapkan di dunia untuk memproduksi pasir besi menjadi DRI yang digunakan sebagai bahan baku peleburan baja, pengecoran besi, dan campuran untuk ferroalloy.
"Nantinya, pembangunan pabrik pengolahan alumina tersebut juga diharapkan mampu diserap Inalum," kata Hidayat seusai acara penandatanganan MoU, di Kemenperin, Jakarta, Kamis (30/8/2012).
Managing Director RT Global Resources Capital Hongkong Limited Lizhi Zhao menilai, Indonesia adalah negara yang kaya. Menurutnya, perekonomian Indonesia bertumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia dan China, kata dia, mempunyai sejarah hubungan yang sudah sangat lama.
"Kami menggunakan teknologi dan kemampuan finansial membantu dan mendorong Indonesia untuk selangkah lebih maju. Bisa membantu masalah ketenagakerjaan dan mendorong perekonomian Indonesia," katanya.
(Widi Agustian)