Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Depok Belum Miliki Pasar Induk

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Sabtu, 01 September 2012 |14:09 WIB
Depok Belum Miliki Pasar Induk
Ilustrasi. (Foto: Koran SI)
A
A
A

DEPOK - Sebagai daerah penyangga ibukota Jakarta, Depok belum memiliki pasar induk. Hingga kini pasokan bahan pangan masih tergantung dari daerah luar.

Kepala Bidang Tata Usaha (TU) BPS Kota Depok, Bambang  Pamungkas, mengungkapkan hampir seluruh bahan pangan di Depok dipasok dari pasar induk atau pasar besar yang berada di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Cianjur dan Tangerang.

“Secara umum masyarakat Depok mengalami kelebihan konsumsi pada kelompok bahan makanan padi-padian, pangan hewani, dan buah atau biji berminyak. Namun, pasokan bahan pangan di Depok itu tergantung dari daerah luar, karena depok belum punya pasar induk,” terangnya pada wartawan, Sabtu (01/9/2012).

Bambang menambahkan, sekitar 92 persen bahan pangan di Depok harus didatangkan dari daerah lain. Menurutnya produksi beras di Depok sebesar 5.443,42 ton, sementara kebutuhan warga mencapai 171.625,31 ton atau produksi lokal hanya tiga persen. Sedangkan, untuk produksi jagung di Depok hanya dua persen atau 778,39 ton dan kebutuhan  warga mencapai 34.235,6.

“Selama kurun waktu 2011 sampai dengan tengah 2012, tren konsumsi padi-padian sedikit menurun, sedangkan konsumsi umbi-umbian, kacang-kacangan, dan gula sedikit naik,” tuturnya.

Dia menambahkan, untuk produksi umbi-umbian seperti singkong hanya mampu memenuhi kebutuhan sekitar delapan persen. Menurutnya, kebutuhan singkong mencapai 49.592,28 ton dan produksi sebanyak 4.133,24 ton.

Sedangkan untuk ubi jalar hanya mampu memenuhi kebutuhan warga Depok sebanyak tujuh persen atau 4.717,41 ton dan produksi hanya 808,11 ton. "Depok hanya bisa menyediakan kebutuhan untuk kacang tanah sebesar tujuh persen, sayur-sayuran sejenis kangkung empat persen dan buah-buahan sebanyak 23 persen," paparnya.

Pada 2011, lanjutnya, secara umum rata-rata per orang di kota Depok mengonsumsi  energi sebesar 1.903,9 kkal per hari. “Kalau di beri peringkat,  konsumsi padi-padian  82 persen beras, 15 persen jagung, tiga persen terigu. Untuk itu, perlu adanya strategi pangan yang lebih baik,” tukas dia.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement