JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai Indonesia tidak akan mengalami krisis bahkan sampai kekeringan likuiditas. Pasalnya, pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi ke depan.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, gejolak di pasar keuangan dipastikan akan terjadi karena perekonomian global yang cenderung belum stabil. Oleh karena itu, pemerintah perlu menjaga guncangan tersebut lewat likuiditas valuta asing.
"Kalau yield dari bond kita naik, tapi absorpsi dari bond cukup baik. Dua minggu lalu itu udah Rp9 triliun-Rp10 triliun, ini artinya likuiditas ada. Kemarin kita keluarin bond USD1 miliar, itu dari forex ada likuiditas, jadi krisis keringnya likuiditas itu sulit terjadi," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Chatib mengatakan, untuk menebalkan kembali pasar Forex, Kemenkeu akan melakukan koordinasi dengan BUMN. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya kerja sama dengan Bank Indonesia (BI). "Karena pasar Forex kita tipis, jadi bagaimana kerja sama dengan BI agar efeknya tidak berdampak jauh," tambah dia.
Selain itu, dia mengungkapkan pemerintah juga perlu membenahi ekonomi domestik, karena adanya ancaman inflasi yang tinggi. Tingginya ekspektasi inflasi ini, kata dia, dapat membuat nilai tukar terdepresiasi.
"Ini penting termasuk sekarang dilakukan buka jalur distribusi dan makanan, daging segala macam. Jadi kalau dilakukan dengan baik ekspektasi inflasi turun, maka depresiasi rupiah akan mengecil, tekanan bond mengecil.
"Jadi pressure nilai tukar enggak terlalu tinggi, dan dari sisi nilai tukar sudah menunjukkan geusternya untuk menaikan inflasi rate," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)