KUDUS - Sepinya pasar biola memaksa perajin biola asal Kudus memutar cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan.
Seperti dilakukan Ngatmin, pemilik galeri MADANI warga RT 04/RW03, Desa Japan, Kecamatan Dawe.
Dia mengaku menyiasati sepinya pasar biola dengan membuat biola kualitas biasa (KW1) dengan harga lebih murah namun kualitas terjaga.
Pencipta biola bambu yang terinspirasi dengan seruling itu mampu mengatasi permasalahan utama, yakni pemasaran di masa sepi dengan membuat biola yang biasanya dari bambu dengan kayu yang lebih murah namun kualitasnya tidak diabaikan.
“Ternyata mampu mendongkrak pasar dan banyak permintaan dari dalam negeri. Meski KW1 namun masih ada garansinya. Sehingga banyak dari pejabat negeri initetapminat membeli biola produksi kami,” kata Ngatmin.