JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mencatat, pengaduan yang terjadi terkait dengan penyalahgunaan BBM subsidi, paling banyak terkait masalah pembelian BBM dengan menggunakan jeriken.
"Mengatasi penimbunan, Pertamina dan Satgas bergerak dan bekerja sama dengan polisi. Kami menerima 113 pengaduan dari masyarakat, 60 terkait pembelian dengan jeriken. Hal ini memang tidak boleh dilakukan kecuali di daerah terpencil sepanjang ada rekomendasi. Nah rekomendasi ini disalahgunakan, makanya perlu pengawasan," ungkap Vice President Communication Pertamina Mochamad Harun dalam Konferensi Pers, di kantor Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (20/3/2012).
Terkait rencana pemerintah menaikan BBM subsidi April mendatang, kekhawatiran terjadinya penimbunan BBM subsidi memang terus mengemuka. Namun, Pertamina dan pihak Kepolisian khususnya Polda Metro Jaya mengaku siap mengamankan hal ini. Pasokan BBM subsidipun diakui Pertamina cukup di seluruh Indonesia.
"Secara nasional stok cukup untuk 23,5 hari, itu setara empat juta kiloliter (kl). Namun, stok cukup tidak berarti akan dikeluarkan seperti permintaan masyarakat karena kita ada kuota 40 juta kl di 2012. Januari-Februari lalu sendiri konsumsi BBM subsidi memang meningkat 12 persen atau tujuh juta kl," lanjut Harun.
General Manager Regional III Pertamina Hasto Wibowo mengaku pasokan BBM di SPBU di DKI Jakarta lancar. "Stok untuk DKI Jabar-Banten, stok cukup. Masyarakat jangan sampai mendapati SPBU kosong," tambah Hasto.
Adapun penimbunan BBM subsidi yang menggunakan jeriken, paling banyak terjadi di pinggiran kota seperti di Bojong, dan Baros, Serang. "Itu sudah sempat ada yang kita skors dua bulan, kemudian ada juga yang didenda nominalnya ratusan juta rupiah," tandasnya.
(Widi Agustian)