JAKARTA - Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan adanya peningkatan di 66 kota Indoneia. Hal ini, membuat inflasi melonjak dari 0,07 persen pada Mei, menjadi 0,62 persen pada Juni.
Meski demikian, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetyantono, mengungkapkan lonjakan inflasi ini masih normal. "Saya semula perkirakan inflasi 0,5 persen, ternyata sedikit lebih tinggi. Juni kan sudah mulai liburan anak sekolah, sehingga terjadi lonjakan permintaan," ungkap dia lewat pesan singkatnya kepada Okezone, Senin (2/7/2012).
Menurutnya, dalam dua bulan mendatang, Juli dan Agustus, masih akan terjadi inflasi tinggi lantaran masih ada liburan, puasa, dan Lebaran. "Perkiraan antara 0,6 persen sampai satu persen di masing-masing bulan," tutur dia.
Dengan demikian, asumsi makro inflasi pemerintah sebesar 6,8 persen dinilai masih relevan. "Saya perkirakan inflasi hingga akhir tahun sekira 5,5 persen. Ini masih dalam batas wajar," tukas dia.
Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi pada Juni 2012 berada pada kisaran 0,62 persen. Angka tersebut, jauh lebih tinggi ketimbang inflasi di Mei sebesar 0,07 persen. Sementara untuk core inflation (inflasi inti) pada Juni 2012 sebesar 0,43 persen, dengan inflasi inti yoy sebesar 4,15 persen.
Tekanan inflasi, disebabkan oleh bahan makan sebesar 0,39 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,09, dan sektor perumahan 0,08 persen. Tekanan inflasi juga disebabkan oleh cabai merah, karena keterbatasan pasokan.
(Martin Bagya Kertiyasa)