JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih ragu untuk melanjutkan penguatan. IHSG diperkirakan akan berada di level Rp3.900-4.000.
Analis Indosurya Asset Management, Reza Priambada memprediksi, IHSG akan bergerak pada rentang support 3945-3986 dan resistance 4050-4093.
"Dari pola candle yang terbentuk masih terlihat indikasi IHSG masih ragu untuk melanjutkan kenaikannya. Terbentuknya hammer negatif di batas tengah bollinger band menunjukkan bahwa penguatan yang seharusnya terjadi masih tertahan," katanya di Jakarta, Senin (16/7/2012).
Reza menambahkan, IHSG pun masih akan cenderung bergerak sideways. Hal ini sejalan dengan kondisi di lapangan yang memang belum sepenuhnya kuat untuk dikatakan positif. Semua sentimen yang bernada positif baru berupa ekspektasi dan harapan. Ketika suatu harapan berubah menjadi pesimisme maka kondisi penguatan pasar pun akan dengan cepat berubah menjadi negatif.
"Pelaku pasar pun juga harus mulai membiasakan diri dengan kondisi tersebut dan telah siap mengantisipasinya. Oleh karena itu, jangan terlalu agresif dalam pasar yang terlalu berfluktuatif seperti saat ini," imbuhnya.
Reza menyebut, ada beberapa data yang dapat diperhatikan untuk pekan depan sebagai acuan indeks, yaitu data dari Asia Pasifik, CPI kuartalan New Zealand; dan Import Price Index (QoQ) Australia.
Dari Eropa, Industrial Production (QoQ) Swiss, inflasi tahunan Eropa, inflasi tahunan dan bulanan Inggris, economic sentiment Jerman, tingkat pengangguran Inggris, industrial new orders (MoM) Italia, retail sales bulanan dan tahunan Inggris dan unemployment rate Inggris.
"Sementara dari AS, penjualan ritel; indeks manufaktur, business inventories (MoM), CPI tahunan dan bulanan, industrial production (MoM), indeks perumahan, housing start, building permits, redbook (MoM) dan CPI bulanan dan tahunan Kanada," terangnya.
Meski tidak begitu banyak data-data ekonomi yang akan dirilis pada pekan depan namun, dari data-data yang akan dirilis di atas juga berhubungan dengan kondisi makro ekonomi. Terdapat harapan akan dikeluarkannya stimulus bila perlambatan ekonomi kian nyata yang ditunjukkan oleh data-data makro yang keluar namun, itu semua barulah harapan dan belum terjadi.
Jika diasumsikan, lanjutnya, para bank sentral nantinya belum akan berencana mengeluarkan stimulusnya maka harapan tersebut akan pupus yang mana nantinya akan terefleksi pada aksi sell-off saham.
"Saham-saham yang dapat dicermati antara lain MNCN, AALI, BSDE, BMRI, CTRS, UNVR, dan MYOR," tandasnya.
(Widi Agustian)