MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, mengklaim peningkatan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara terbilang cukup baik dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Berdasarkan data terakhir di 2010 lalu, IPM sumut telah berada di angka 74,19 persen, atau meningkat 2,19 point dibandingkan IPM pada 2005 silam.
Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjonugroho mengatakan, peningkatan ini sangat menggembirakan. Pencapaian ini pun di klaim telah sesuai dengan sejumlah strategi yang disiapkan pemerintah, khususnya dalam hal peningkatan pendapatan perkapita, pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
"Peningkatan ini cukup menggembirakan. Peningkatan ini menunjukkan jika masyarakat sumut semakin sejahtera, baik secara ekonomi maupun secara sosial. Ketersediaan lapangan kerja dengan bermunculannya investasi baru, pengembangan lembaga jaminan sosial, peningkatan kualitas pendidikan masyarakat yang didukung oleh pemantapan pelaksanaan pendidikan formal mulai dari pendidikan anak usia dini, wajib belajar 12 tahun," ucapnya pada Okezone, Rabu (29/8/2012).
Gatot juga menyebutkan, jika peningkatan indeks pembangunan manusia di Sumut ini juga diikuti dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Di antaranya meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, perlindungan anak serta pengendalian jumlah penduduk.
"Peningkatan indeks pembangunan manusia ini bukan hanya secara kuantitas tetapi juga secara kualitas. Meski terbilang masih ada beberapa masalah, namun kini masyarakat merasakan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Kita juga telah menyiapkan upaya penyeimbangan kualitas hidup, dengan meretas kesenjangan sosial di masyarakat. Hal itu kita lakukan dengan penyeragaman sejumlah program pembangunan," jelasnya.
Di tempat terpisah, Rudi Salman (29) salah seorang pelaku usaha kecil menengah (UMKM) di Jalan Menteng 7 Kecamatan Medan Amplas mengaku heran dengan klaim pemerintah provinsi itu.
Menurutnya, kehidupan hari-hari di Medan yang terbilang perekonomiannya bergerak lebih baik dibanding daerah lain, nyatanya semakin sulit. Meski diakui adanya peningkatan pendapatan, namun peningkatan kebutuhan primer seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan serta kesehatan juga meningkat.
"Peningkatan pendapatan memang ada, tapi kebutuhan dasar kita juga jadi makin mahal. Malah enggak seimbang. Kalau indikatornya banyak mal, lalu banyak orang punya sepeda motor, itu karena untuk meminimalisir biaya transportasi yang juga makin mahal. Bayarnya juga kan setengah mati itu," tandasnya.
Rudi menambahkan, upaya menyeimbangkan tingginya biaya hidup dengan meningkatkan pendapatan juga terbilang sulit. Khususnya bagi anak muda yang hendak berusaha. Berbelit serta mahalnya biaya perijinan, serta masih sulitnya memperoleh modal, membuat anak muda sepertinya sulit berkembang.
"Pembangunan, ya mungkin adalah. Tapi belum buat kita. Bantuan kredit pemerintah itu masih cenderung pencitraan saja. Silahkan baca koranlah, setiap hari ada saja berita pelaku UMKM yang menjerit. Tapi ya kita enggak nyerah sama pernyataan pemerintah. Tetap berusaha saja. Saya percaya kalau kita berusaha, dengan atau tanpa bantuan pemerintah kita akan tetap sukses," pungkasnya.