JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah ke level Rp9.550-Rp9.590 per USD. Investor nampaknya masih bersikap menunggu terhadap kebijakan The Federal Reserve.
"Kondisi ini masih dipegaruhi oleh investor yang masih wait and see terhadap kebijakan pemerintah AS terkait QE 3 yang baru diputuskan 12 - 13 september 2012,"ungkap analis valas Rahadyo Anggoro Widagdo di Jakarta, Rabu (5/9/2012).
Selain kondisi tersebut, keputusan Reserve Bank of Australia (RBA) untuk menahan suku bunga acuannya pada level 3,5 persen memberikan sentiment negatif bagi USD.Langkah ini diputuskan oleh Gubernur RBA Glenn Stevens dan jajaran direksi lainnya seiring penurunan harga komoditas bijih besi.
Sementara dari sentimen dalam negeri, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing untuk mencegah penurunan nilai tukar rupiah terus menerus.
Menurut dia, melemahnya perdagangan rupiah kemarin disebabkan oleh data manufaktur China yang buruk serta. Pidato Ben Bernake, akhir pekan lalu, yang memberikan sentiment positif terhadap USD.
"Akibatnya, rupiah kembali melemah. Selain itu yang membuat likuditas USD ketat adalah Pasar AS yang libur pada hari ini untuk memperingati hari buruh membuat likuiditas menurun," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)