JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, telah menerbitkan kebijakan pelonggaran kuantitatif tahap III (QE3). Dana tersebut, bukan hanya mengalir di AS, namun juga pada negara-negara yang ekonominya masih menjanjikan.
Pengamat Ekonomi Standard Chartered Fauzi Ichsan mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi yang sedang berkembang. Namun, Indonesia mempunyai dua persyaratan agar dana nganggur tersebut dapat masuk ke Indonesia.
"Dua persyaratan tersebut, yaitu pertama suku bunganya tinggi, lebih tinggi dari AS, sehingga equator bisa pinjam dolar dengan bunga satu persen, dan persyaratan kedua, kalau pertumbuhannya pesat, otomotasi laba korporasi dinegara tersebut pesat," ujar dia dalam acara 7 tahun LPS, Jakarta, Rabu (26/9/2012).
Dia mengatakan, jika dilihat dari sisi global, krisis di AS dan Eropa, membuat bank sentral Eropa (ECB), The Fed, dan Bank sentral Swiss mencetak uang lebih. Sehingga, kebijakan ini dapat menciptakan likuiditas dan menciptakan dana nganggur yang begitu besar, lantaran pasar di sana belum mampu menyerap.
"Dana nganggur tidak bisa diserap oleh sektor rillnya. Karena, sektor rillnya pertumbuhannya sangat lamban. Cepat atau lambat harus mencari rumah baru," jelas dia.
Menurut dia, rumah baru tersebut yakni emerging market, dan menuju ke arah negara berkembang seperti Indonesia. Fauzi mengatakan, Indonesia dengan Pertumbuhan ekonomi 6,5 persen dan imbal hasil obligasi 6,7 persen, sangat menarik.
"Sehingga uang yang menganggur didunia ini, Kalau krisis global mereda dan kita perkirakan kalau 2013, uang menganggur ini mencari rumah baru, terutama Indonesia," ujarnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)