Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi memberikan bocoran bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi akan dilakukan setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pulang dari APEC di Beijing, China.
"Baru dua minggu, jalan ke APEC, lalu pertemuan G20, pulang pastilah pak Jokowi naikkan. Masa dia bilang di APEC mau naikkan, masa enggak mau naikkan pas pulang," kata Sofjan di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Rabu (12/11/2014).
Sofjan menjelaskan, dengan naiknya harga BBM bersubsidi akan berdampak banyak positif, meskipun tetap ada dampak negatifnya. "Saya percaya investasi akan masuk dan menurunkan BI rate satu sampai dua tahun dan memperkuat Rupiah. Rupiah sudah melemah dan harus diperkuat. Itu yang akan terjadi satu tahun ini," jelasnya.
Presiden Jokowi
Menurutnya, keputusan ini akan menuai kontroversi selama enam bulan hingga satu tahun pertama. Pasalnya, masyarakat sudah dimanjakan, ditambah BBM kerap kali dijadikan permainan politik. "Sekali ditarik marah-marah terutama orang politik," tegasnya.
Meski demikian, keuntungan lainnya adalah dapat mengetatkan anggaran belanja. Pasalnya, jika harus subsidi tinggi, maka harus dibayar dengan utang. Bahkan, untuk membayar bunga utang, Indonesia harus berutang lagi.
"Jadi enggak sehat, kalau enggak ada duit, utang lebih banyak, naikkan suku bunga, enggak bisa bangun infrastruktur, kita banyak ruginya," jelas dia.
Dia berharap, kenaikan ini dilakukan hanya sekali saja, sehingga shock yang terjadi hanya sekali dan dapat berjalan normal selama lima tahun ke depan. "Jangan bolak balik tiga tahun enggak naik-naik, akhirnya kita berspekulasi dan enggak ada kepastian, sehingga investasi menunggu. Berani enggak naikkan," pungkasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)