"Tidak ada alasan lagi pemerintah untuk tunda kenaikan BBM, karena besarannya ini sudah dahsyat," ucap Pakar Ekonomi sekaligus Komisaris Independen Permata Bank, Tony Prasetiantono saat konferensi pers Economic Outlook 2015 di Jakarta, Rabu (12/11/2014).
Tony mengatakan, besaran subsidi BBM sebesar Rp265 triliun bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, dan bantuan kas kepada masyarakat yang membutuhkan. Menurut dia, subsidi BBM saat ini tidak tepat karena 80 persen dinikmati oleh kalangan menengah ke atas.
"Di China saja harganya Rp16 ribu per liter. Harga BBM tertinggi ada di Norwegia dan Turki Rp31 ribu per liter. Kenapa tidak ada gejolak? Karena di sana sudah biasa," jelasnya.
Menurut Tony, Indonesia harus belajar dari negara-negara lain mengenai besaran harga BBM. Dengan penghapusan subsidi tersebut, dinilai bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
(Martin Bagya Kertiyasa)