Oleh karena itu Pertamina berencana menghapus Premium menjadi Pertalite. Salah satunya premium dengan RON 88, yang sudah tidak dipakai oleh banyak negara.
"Umur sumur ada yang 30 tahun, 40 tahun, paling muda itu kilang Balongan,” ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil di Istana Negara, Jumat (17/4/2015).
Usia sumur yang tua membuat Indonesia tidak bisa memproduksi RON di atas 90. “Mungkin Balongan bisa. Tapi ada di mana-mana. Akibatnya Pertamina mengimpor RON yang oktan lebih tinggi dia campur dengan oktan lebih rendah akhirnya jadilah RON 88," paparnya.
Diakui Sofyan, tujuan pemerintah ke depan memang akan menghilangkan premium RON 88, karena sudah tidak bagus bagi lingkungan. Walaupun, pernah digunakan timbal untuk meningkatkan kadar oktan, tetapi saat ini sudah dilarang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
"Tapi oktan kita masih rendah sekali. Sekarang ini, apapun premium ataupun minyak RON nonsubsidi apa saja bisa dia jual. Makin tinggi oktan makin bagus, bagi lingkungan, bagi mobil, dan lain-lain," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)