Sementara, tukas Marwan, kerugian Pertamina jelas terlihat dari keputusan Pemerintah yang tidak ingin menaikan harga Premium beberapa waktu lalu. Padahal beberapa bulan kemarin dengan melihat komponen penentuan harga, seharusnya harga Premium naik, namun Pemerintah lebih memilih untuk mengorbankan keuntungan Pertamina ketimbang menaikan harga Premium.
"Variables penentunya adalah harga minyak dunia dan kurs Biaya, distribusi, penyimpanan dan pengilangan. Ditambah Ppn 10 persen, margin spbu, PBBKB dan keuntungan Badan Usaha 5 sampai 10 persen. Prakteknya margin BU kurang dari itu. Pertamina malah mengaku rugi dalam dua sampai tiga bulan terakhir karena tidak dapat margin akibat pemerintah takut naikkan harga sesuai formula yg ditetapkan sendiri," imbuhnya
Untuk itu, menurut Marwan seharusnya pemerintah bisa bersikap jantan dan konsisten dalam menentukan harga Premium. Jika perlu Pemerintah bisa membuka cara perhitungan harga jual Premium ke publik setiap kali ada perubahan.
"Yang terjadi sekarang subsidi sudah tidak ada, Pemerintah takut dihujat. Maka harga jual lebih rendah dan yang jadi korban adalah BUMN," pungkasnya.
(Rani Hardjanti)