Dia menyebutkan, berakhirnya Hari Raya Idul Fitri ternyata tidak membuat harga kebutuhan pokok ikut turun, malah semakin tinggi. “Kalau menjelang lebaran harga kebutuhan pokok mahal mungkin bisa dimaklumi. Tapi jika terus terusan seperti ini, jelas siapa yang tidak terbebani,”cetus ibu tiga anak ini. Sementara itu, Iis Sumiati, 52, juga mengaku, kebijakan harga daging sapi yang dilontarkan pemerintah sangat percuma dan tidak berdampak.
Buktinya, harga daging sapi di pasar masih saja di atas Rp110.000/kg. “Regulasi itu hanya sampai di gerbang Istana Negara saja. Sementara di pasar, para pedagang tetap berkuasa. Harga daging sapi sekarang, sama saja dengan tahun sebelumnya, tidak ada yang berubah,” tegas dia.
Humas Persatuan Pasar dan Warung Tradisional (Pesat) Jawa Barat, Yoyo Sutarya mengatakan, persoalan tingginya harga daging ayam tak hanya dipicu oleh meningkatnya permintaan menjelang Idul Fitri. Persoalan mendasar justru berakar pada tata niaga daging sapi di Indonesia yang dinilainya sangat buruk.
“Menjelang lebaran kemarin mencapai harga tertinggi Rp55.000 per kilogram, dan saat ini sudah turun di kisaran Rp42.000-45.000 per kilogram. Namun permasalahan melambungnya daging ayam potong bukan hanya urusan permintaan yang tinggi, namun karena mekanisme permainan harga di tingkat peternak yang terlampau tinggi,” ujar Yoyo.
Dia menyebutkan, tata niaga daging ayam saat ini memang sudah dimonopoli pihak Penanam Modal Asing (PMA). “Permainan” harga tersebut melalui pengaturan harga DOC dan pakan yang tinggi, sehingga harga akhir di tingkat pedagang kian melambung. Ironisnya, keberadaan pedagang rakyat mandiri kini sudah semakin punah, karena 80 persen per dagangan daging ayam potong di Tanah Air sudah didominasi PMA.
Sementara di Jabar, pedagang rakyat mandiri hanya tersisa dua asosiasi, yakni di Tasikmalaya serta Bogor. “Pada 26 Agustus 2015 antara pengusaha, pedagang dan pemerintah sudah sepakat bahwa harga tertinggi di tingkat peternak dikunci di angka Rp21.000/kg maksimal. Kalau ada yang melebihi akan ditindak. Namun buktinya, pedagang terpaksa harus membeli di peternak di harga Rp24.000. Praktis daging ayam di pasaran menjadi sangat mahal,” ungkap dia.