”Untuk mencapai yield sekitar 10 persen, deposito saja tidak bisa," ujarnya.
Sementara di industri asuransi, kata Tito, ada akumulasi premi sekitar Rp640 triliun. Dari kumpulan dana tersebut, saat ini baru sekitar Rp150 triliun yang diinvestasikan dalam bentuk saham, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 17-18 persen.”Dari asuransi reksadana pensiun saja membutuhkan Rp90 triliun saham tahun depan,” paparnya.
Selain itu, lanjutnya, potensi dana repatriasi yang juga membutuhkan instrumen investasi di pasar saham. Tito memprediksi, paling tidak 10 persen dari target dana repatriasi pemerintah yang mencapai Rp1.000 triliun berpotensi masuk ke bursa saham. Artinya, kata Tito, BEI perlu mengejar penerbitan saham baru sebesar Rp90 triliun dengan banyaknya permintaan dari dapen, asuransi, dan dana repatriasi.
Menurut Tito, belasan perusahaan akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada tahun depan. Belasan calon emiten tersebut tak hany akorporasi swasta, tetapi juga beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
(Dani Jumadil Akhir)