TOP BISNIS: Harga Cabai Masih 'Pedas' hingga Suspensi Saham Sigmagold

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Rabu 08 Februari 2017 06:10 WIB
(Foto: Koran SINDO)
Share :

JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara untuk perdagangan saham PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk (TMPI). Penghentian tersebut dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai.

Pulo Gadung adalah salah satu kawasan industri di Jakarta Timur. Pada kawasan ini, terdapat beberapa sentra industri yang bergerak pada berbagai bidang.

Hanya saja, menurut Kepala Kanwil DJP Jakarta Timur Harta Indra Tarigan, kawasan ini justru tidak memberikan dampak yang besar bagi penerimaan negara pada program tax amnesty lalu. Akibatnya, penerimaan tax amnesty Jakarta Timur adalah salah satu yang terendah di daerah Jakarta.

Sementara itu, harga cabai rawit merah di pasar tradisional di wilayah Kabupaten Gunungkidul menembus Rp150.000 per kilogram.

Ketiga berita tersebut, menjadi berita-berita yang banyak menarik minat para pembaca di kanal bisnis Okezone.com. Untuk itu, kembali disajikan berita-berita tersebut secara lengkap.

Naik 98%, Saham Sigmagold Kena Suspensi BEI

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara untuk perdagangan saham PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk (TMPI). Penghentian tersebut dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai.

Mengutip keterbukaan BEI, Jakarta, Selasa (7/2/2017), penghentian tersebut dikarenakan adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham TMPI. Pasalnya, saham TMPI sudah menguat hingga 98,7% dalam beberapa hari terakhir.

Penelusuran Okezone, harga saham TMPI menyentuh level terendahnya pada 2 Februari di angka Rp80. Beberapa hari kemudian saham Sigmagold meroket ke level tertingginya di Rp159 pada 6 Februari.

Hal ini membuat BEI, melakukan penghentian sementara perdagangan di tanggal 7 Februari 2016 sampai dengan pengumuman bursa lebih lanjut. Bursa mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan Perseroan

Kawasan Industri, Pulo Gadung Tak Beri Sumbangan Besar ke Tax Amnesty

Pulo Gadung adalah salah satu kawasan industri di Jakarta Timur. Pada kawasan ini, terdapat beberapa sentra industri yang bergerak pada berbagai bidang.

Hanya saja, menurut Kepala Kanwil DJP Jakarta Timur Harta Indra Tarigan, kawasan ini justru tidak memberikan dampak yang besar bagi penerimaan negara pada program tax amnesty lalu. Akibatnya, penerimaan tax amnesty Jakarta Timur adalah salah satu yang terendah di daerah Jakarta.

"Kami memang tahap pertama kedua dan ketiga sudah jajaki Rp2,2 triliun dan sudah ada 20 ribu lebih yang ikut tax amnesty. Wilayah kita banyak terdapat industri tapi belum tentu mereka bayarnya di KPP Jaktim, sebagian PMA sebagian madya," tuturnya di KPP Pulogadung, Jakarta, Selasa (7/2/2017).

Menurutnya, pemilik modal pada kawasan industri ini sebagian besar berasal dari Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Pemilik modal ini pun banyak yang membayar pajak dan ikut tax amnesty pata kawasan tersebut.

"Pemilik modal banyak di wilayah lain seperti Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Misalnya tinggal di wilayah barat meskipun sudah pindah enggan memindahkan NPWP. Jadi ada faktor keberuntungan katanya," tuturnya.

Hanya saja, Ditjen Pajak tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tetap dapat ikut program tax amnesty. Khususnya adalah kalangan pengusaha yang berdomisili pada kawasan Jakarta Timur.

 

Pedasnya Harga Cabai Tembus hingga Rp150 Ribu

Harga cabai rawit merah di pasar tradisional di wilayah Kabupaten Gunungkidul menembus Rp150.000 per kilogram.

Alih-alih turun, harga cabai rawit merah ini malah terus merangkak naik. Ana, salah seorang pembeli di pasar Argosari mengaku urung membeli cabai rawit merah karena harganya yang sudah mencapai Rp150.000, lebih mahal daripada daging sapi. Dia memilih membeli cabai rawit yang campur antara merah dan hijau, karena harganya sedikit lebih murah.

Per kilogramnya, harga cabai rawit campur merah dan hijau mencapai Rp110.000 per kilo. “Saya juga belinya hanya 1 ons saja, sekadar perasa daripada tidak ada,” tuturnya. Ratmi, pedagang sayuran di Pasar Argosari juga mengaku terpaksa menjual harga cabai dengan cukup mahal. Karena dia juga mendapatkan cabai rawit merah dari pemasok sudah dengan harga tinggi.

Jika dijual murah maka ia mengaku akan merugi, terlebih cabai rawit merah tergolong komoditas yang juga mudah untuk membusuk. Awal pekan lalu, sebenarnya harga cabai rawit merah di pasar ini hanya Rp120.000 per kilogramnya. Namun selama sepekan terakhir terus merangkak naik hingga menembus level Rp150.000 kilogram.

Para pedagang mengaku sejak harga cabai rawit merah melambung, omzet cabai rawit mereka anjlok karena sepi peminat. “Wong harganya lebih mahal dari daging sapi kok . Ya jelas yang minat sedikit,” ujarnya. Masih tingginya harga cabai rawitmerahdiYogyakartaakibat dari panjangnyarantaidistribusi komoditas ini.

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menandaskan sebenarnya pasokan cabai rawit di wilayah ini cukup bahkan cenderung berlebih. Ketua 3 TPID DIY, Budi Hanoto mengatakan, pasokan cabai rawit merah di DIY lebih dari cukup dengan luas panenan yang ada. Tingginya harga cabai rawit merah ini akibat dari sistem distribusi cabai rawit yang harus ke luar daerah terlebih dahulu akibat harga cabai di luar daerah lebih tinggi.

“Pasokan cabai itu cukup jika dari DIY saja, meski ada yang didatangkan dari Muntilan Jawa Tengah,” tuturnya. Semenjak harga cabai rawit merah di luar daerah masih tinggi, maka sebagian besar cabai rawit dari DIY lari ke luar daerah. Dan cabai rawit asal DIY yang lari ke luar daerah tersebut kembali ke pasar tradisional sudah dengan harga yang cukup tinggi. Akibatnya, harga cabai rawit merah di DIY enggan turun.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya