JAKARTA - Persaingan antara negara bekas jajahan koloni Inggris di Asia, Hong Kong dan Singapura, semakin sengit. Keduanya terus bersaing dari pemerintahan yang bersih hingga pelabuhan bebas untuk asing.
Sekarang mereka bersaing untuk mendapatkan pengakuan di antara perusahaan asing sebagai tempat terbaik untuk memulai atau mengembangkan bisnis di Asia.
Indeks Daya Saing Global yang dikeluarkan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) menempatkan Singapura sebagai negara kedua terbaik di dunia untuk berinvestasi, sementara Hong Kong berada di peringkat 7.
Sementara itu, Bank investasi asal Prancis, Natixis, telah memberi Singapura peringkat global nomor 1 dan Hong Kong nomor 3 untuk 2014-2018 berdasarkan 20 kriteria, mulai dari lingkungan politik hingga kebijakan yang memengaruhi investor asing.
Daftar kriteria yang disusun oleh perusahaan jasa profesional Healy Consultants mencetak nilai lebih bagi Singapura di sebagian besar kategori.
Dimulai dengan bakat, pengetahuan di antara anak-anak berusia 15 tahun di Singapura masuk di peringkat 2 di antara 64 negara yang berpartisipasi, satu peringkat di atas Hong Kong. Hal ini dikatakan Asian Century Institute.
"Universitas andalan Singapura berada di peringkat yang lebih tinggi dari yang setara dengan Hong Kong," tambahnya.
Perekonomian Hong Kong dinilai tertinggal dalam hal inovasi. WEF mengatakan, pelaku bisnis menyebut kemampuan Singapura untuk berinovasi menjadi perhatian mereka. Ditambah lagi, warga Singapura cenderung menghasilkan pendapatan domestik bruto per kapita USD55.000 dibandingkan dengan Hong Kong yang sebesar USD38.000.
"Ekonomi Singapura senilai USD292,7 miliar juga memiliki kapasitas lebih untuk meredam guncangan," kata managing director sovereign ratings dengan Moody's Investors Service, Marie Diron.
Moody's memberikannya peringkat tinggi dalam kategori tersebut sementara Hong Kong minus. Singapura memiliki manajemen ekonomi yang proaktif seperti merencanakan ke depan bagaimana mengakomodasi populasi yang mulai menua dan mengenalkan langkah-langkah untuk membantu sektor inti, seperti manajemen aset dan keuangan
Singapura mendapat nilai lebih tinggi untuk infrastruktur transportasi, kemampuan bahasa, dan kebebasan ekonomi secara keseluruhan.
(Fakhri Rezy)