“Di tengah keterbatasan fiskal, pemerintah harus mendorong perdagangan agar ekspor kita dapat tumbuh positif,” kata Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta.
Arif menilai, pemerintah bisa menerapkan strategi diplomasi perdagangan dengan memanfaatkan peran duta besar untuk mempromosikan produk Indonesia. Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan insentif fiskal kepada para eksportir, terutama perusahaan yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Analis riset FXTM Lukman Otunuga mengatakan, pasar bereaksi negatif pasca-dirilisnya pertumbuhan PDB kuartal II-2017 karena realisasinya yang di bawah ekspektasi. Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama PDB hanya tumbuh 4,95%.
“Meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh sedikit lebih cepat dibanding kuartal sebelumnya, tapi ini tetap lebih lambat dibandingkan satu tahun lalu,” kata dia.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dinilainya akan memicu spekulasi Bank Indonesia (BI) yang akan kembali menurunkan suku bunga acuan saat ini berada di level 4,75%.
Apalagi BI memberikan sinyal adanya peluang untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey, juga mengaku kecewa terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II yang hanya 5,01%.