"Jadi ada dua yang kita sajikan, sebenarnya Mengani sendiri memproduksi 10 jenis kopi, 4 berupa micro lot dari 4 desa. Jadi kita hanya kumpulkan dari desa tertentu, Desa Mengani, Desa Uliyan, Desa Sukawana, dan Desa Pelaga," ujarnya.
Saat ini, telah terdapat 13 barista yang ia bawa untuk menyajikan kopi di Istana. Kopi yang disajikan pun memiliki ciri khas tersendiri.
"Itu di mana kita hanya melepas kulit dan daging kopi dan kemudian mengeringkan dengan masih ada lendir di kulit dan itu yang kita permainkan masa pengeringannya sehingga jika pengeringannya kita perlambat jadi black honey. Kalau kita pengeringannya normal kita sebut red honey, kemudian apabila lendirnya dikurangi dan dibuat lebih cepat prosesnya kita sebut sebagai yellow honey, karakter rasanya beda-beda," ungkapnya.
Kopi dengan jumlah besar pun telah disiapkan untuk disajikan di Istana. Diharapkan, kopi-kopi ini dapat dikenal secara lebih luas okeh masyarakat di Indonesia.
"Jadi kita memang sengaja bawa banyak karena kita ingin Istana lebih kenal kopi Indonesia dengan lebih baik dan menggunakan kopi asli dari daerah. Diproduksi langsung dari sana itu kemudian diolah, di-roasting, kemudian disaji," tukasnya.
(Fakhri Rezy)