Jaga Asumsi Makro, Sri Mulyani: Tentu Saja Kita Lihat Secara Hati-Hati

Trio Hamdani, Jurnalis
Senin 21 Agustus 2017 14:27 WIB
Foto: Trio/Okezone
Share :

JAKARTA - Guna menjaga Asumsi Makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, pemerintah mengaku akan mewaspadai faktor-faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi.

"Tentu saja kita akan lihat secara hati-hati, secara teliti seluruh faktor-faktor yang menyumbangkan pertumbuhan ekonomi tersebut," kata Sri Mulyani di kantornya, Senin (21/8/2018).

Dirinya pun tak menampik bahwa dalam realisasinya, bisa saja berbeda dengan Asumsi Makro yang telah ditetapkan pemerintah untuk tahun 2018. "Masing-masing pos pasti ada apa yang disebut kemungkinan melesetnya karena ini kan bukan suatu yang sifatnya exact," ungkapnya.

Baca Juga:

Soal Kurs Rupiah di RAPBN 2018, BI: Kita Nyaman dengan Rate Rp13.500/USD

Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2018 5,4%, BI: Proses Pemulihan Ekonomi Terus Berlanjut

Adapun, Pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,4%, inflasi diperkirakan tetap dapat terjaga di tingkat 3,5%, nilai tukar rupiah diperkirakan berkisar Rp13.500 per dolar Amerika Serikat, rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan pada tahun 2018 diperkirakan sekitar 5,3%, asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar USD48 per barel.

"Jadi katakanlah pertumbuhan yang berasal dari konsumsi rumah tangga kita juga harus waspada terhadap apakah yang disebut indikator daya beli apakah dari sisi erosi berdasarkan inflasi atau confidence dari masyarakat. Itu lah yang harus kita jaga terus supaya mereka bisa tetap tumbuh di atas 5%," jelasnya.

Baca Juga:

Pertumbuhan Ekonomi 5,4% di 2018, Indef: Butuh Ekstra Kerja Keras

Dari sisi investasi, Sri Mulyani juga melihat optimisme bahwa kredit perbankan akan tumbuh. "Bahwa ini mengasumsikan bahwa perbankan akan tumbuh dari sisi kreditnya cukup tinggi kalau kita lihat realisasinya sampai dengan pertengahan tahun ini masih perlu harus ditingkatkan terus," paparnya.

"Ini sangat tergantung kepada pertama apakah dunia usaha cukup optimis sehingga mereka melakukan pinjaman untuk modal kerja maupun untuk investasi dan juga kapasitas dari perbankan sendiri untuk bisa mendukung pertumbuhannya. Neracanya sudah semakin sehat sesudah berbagai macam non performing loan yang mereka hadapi pada 3 tahun sudah mulai dibersihkan," tandasnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya