Selain itu, Pemerintah juga akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) rupiah dengan porsi 70% hingga 80% dari total penerbitan. Adapun penerbitan dengan Surat utang negara (SUN) dan surat berharga syariah negara (SBSN) 22 kali hingga 24 kali. Serta non lelang SBN ritel dan private plecement jika penerbitan utang valas 20%-30% dalam bentuk USD, Euro Japanes dan Yen.
"Ini dilakukan melihat kondisi pas untuk menghindari crowding out di dalam negeri. SUN akan ambil peranan 70%-75% dan sukuk 25%-30%," jelasnya.
Baca juga: Raih Investment Grade dari 3 Lembaga, Sri Mulyani: Kita Bisa Jual SUN dengan Bunga Rendah
Sementara itu, sumber utang lainnya akan didapatkan pemerintah dari pinjaman dengan nilai negatif Rp15,5 triliun di 2018. "Artinya kami akan lebih banyak bayar pokok pinjaman dibanding pinjaman baru. Pinjaman dalam netto Rp3,1 triliun, pinjaman luar negeri negatif Rp18,6 triliun," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)