Baca juga: Industri Ritel Lesu, Pelaku Usaha Dituntut Kreatif Tarik Pengunjung
“Satu dekade yang lalu, pasar mainan domestik mengalami perubahan dramatis dengan adanya channel baru, kenaikan kompetisi, dan teknologi baru. Semua itu berdampak terhadap penjualan mainan di toko tradisional,” tambah mereka . Direktur Manajer Global Data Retail Neil Saunders menambahkan, di tengah persaingan yang semakin ketat, Toys ‘R’ Us tidak mampu beradaptasi secara efektif.
Senada dengan Saunders, pendiri toko mainan The Entertainer, Gary Grant, mengatakan kebiasaan jual-beli masyarakat telah berubah sejak toko online booming. “Kami bahkan menyaksikan sebuah supermarket yang biasanya ramai dikunjungi para konsumen, kini menjadi tampak lebih sepi, sama seperti took-toko besar di kota-kota kecil,” kata Grant . “Jadi, kami melihat saat ini toko grosir lebih sukses dibandingkan sejumlah pedgang di beberapa unit yang ada di grosir tersebut,” tambahnya.
Baca juga: Matahari Cs Tutup Gerai, Mendag Tegaskan Tidak Ada Hubungannya dengan Daya Beli!
Toys ‘R’ Us menginginkan perusahaan tetap menggeliat dalam jangka panjang. Namun, mereka kini memikul beban utang yang sangat berat dan sudah berubah menjadi permasalahan serius. Beberapa lembaga peminjam utang, termasuk bank pimpinan JPMorgan, meminjamkan dana lebih dari USD3 miliar terhadap mereka. “Kombinasi antara utang yang tinggi dan perubahan struktur yang signifikan dalam bidang industri ritel menciptakan racun yang menyerang Toys ‘R’ Us.