JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi penerimaan negara dari sektor ESDM telah mengalami peningkatan sejak tahun 2016 lalu dari Rp111,97 triliun menjadi Rp118,69 triliun hingga September 2017. Namun jika dilihat dari tahun 2014 penerimaan negara dari sektor ESDM mengalami penurunan yang signifikan.
Dari data ESDM, tercatat realisasi penerimaan negara ditahun 2014 mencapai Rp356,4 triliun yang terdiri dari penerimaan sektor migas Rp320,25 triliun, EBT sebesar Rp75 miliar dan sektor minerba sebesar Rp35,40 triliun. Besaran ini terus menurun di tahun 2015 menjadi Rp153,03 triliun dan 2016 realisasi menjadi Rp111,97 triliun serta di tahun ini realisasi hingga September hanya mencapai Rp118,69 triliun.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan penerimaan negara ini terus mengalami penurunan, yakni harga komoditi hingga kuantitas yang ada saat ini.
"Kalau soal penerimaan negara ada dua faktor yang besar selain tarif. Tarif kan gini, pemerintah berusaha mengenakan tarif PNBP atau royalti atau yang disebut bagi hasil yang fair supaya tidak memberatkan dunia usaha. Kalau dunia usaha berat nanti tutup lapangan kerja berkurang," ungkapnya di kantornya, Jakarta, Kamis (28/9/2017).
"Di luar faktor tarif ada dua hal besar yang di luar kendali pemerintah. Bahkan satu yang jadi di luar pemerintah adalah harga komoditi," imbuhnya.
Menurutnya, sejak tahun 2014 lalu harga komoditas migas terutama terutama minyak bumi terus mengalami penurunan. Dirinya mengatakan saat 2014 harga minyak mencapai USD100 per barel hingga penerimaan negara mencapai Rp356,4 triliun dan di 2016 harga minyak anjlok bahkan pernah mencapai titik terendah USD38 per barrel.
"Pada tahun 2014 harga minyaknya tinggi sekali mungkin USD100 lebih. Tahun lalu minyak rendah bahkan sampai terendah USD38 per barrel," jelasnya.
Selain itu, untuk komoditas migas dan komoditas minerba, harganya mengacu pada harga Internasional. Sehingga Indonesia tidak bisa mengendalikan harga pasar.
"Kedua, Kuantitas bisa kita kedalikan atau tidak bisa juga kendalikan. Tapi, juga apa patut dipahami apa yang diproduksi apa bisa diserap pasar saat bersama. Migas, gas produksinya banyak kadang-kadang kepikiran jualnya ke mana dalam hal yang bersamaan. Kadang terjadi penjualan sifatnya spot mendadak atau langsung," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)