JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan mempelajari pola konsumsi masyarakat menengah atas yang terlihat memberikan peran yang signifikan terhadap konsumsi rumah tangga sehingga komponen pengeluaran ini hanya tumbuh 4,93% pada triwulan III-2017.
"Sebetulnya masyarakat atas yang memiliki daya beli, menyimpan uangnya di bank. Ini berarti masalah, apakah mereka berubah dari sisi pola konsumsi dan perubahan itu belum terekam dari seluruh konsumsi yang dicatat BPS? Itu yang kami mau pahami," kata Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (8/11/2017).
Sri Mulyani mengatakan saat ini kelompok masyarakat menengah atas memiliki banyak simpanan tabungan di perbankan karena pertumbuhan tabungan diatas Rp5 miliar dan jumlah dana pihak ketiga sedang meningkat.
Namun, Sri Mulyani belum bisa menjelaskan alasan kelompok masyarakat menengah atas yang terlihat menahan daya beli padahal tingkat kepercayaan konsumen sedang berada dalam kondisi yang tinggi.
"Jadi ada yang tidak ketemu di sini. 'Confidence' tinggi, daya beli ada, tapi ada yang tidak terekam disini. Ini yang harus kami perhatikan. Kami akan terus melakukan pembahasan dan pengawasan," ujarnya.
Menurut dia, laju inflasi yang relatif rendah hingga menjelang akhir tahun seharusnya bisa menjadi insentif bagi masyarakat untuk berbelanja sehingga konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, pemerintah terus berupaya memberikan bantuan sosial kepada masyarakat menengah bawah yang telah dialokasikan secara rutin dalam APBN agar daya beli tetap terjaga dan pola konsumsi tidak terganggu.