Bisnis Properti Sepanjang 2017, Hunian Sepi Peminat hingga Apartemen Berkonsep TOD

Giri Hartomo, Jurnalis
Rabu 13 Desember 2017 14:15 WIB
Ilustrasi: Shutterstock
Share :

JAKARTA - Perekonomian Indonesia mulai bangkit di 2017. Namun ada beberapa sektor yang masih belum juga terdongkrak pertumbuhan ekonomi, seperti properti.

Sektor properti sepanjang tahun ini masih stagnan dari sisi penjualan. Meskipun pasokan terus bertambah, namun penjualan properti tahun ini masih belum bergeliat.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Okezone, dari sisi penjualan properti hunian kelas menengah ke bawah dengan harga Rp200 jutaan ke bawah masih banyak diminati.

Sementara untuk hunian kelas menengah dengan harga kisaran Rp400 hingga Rp800 jutaan relatif lebih sepi pembeli. Tingginya penjualan hunian kelas menengah atas dikarenakan banyak yang lebih memilih untuk membeli properti mahal dibandingkan yang menengah.

Baca juga: Tahun Politik, Pasar Properti RI Masih Menggeliat di Bawah Rp1 Miliar

Dari sisi apartemen, beberapa apartemen berkonsep Transit Oriented Development berhasil dibangun pada tahun ini. Dari mulai stasiun Tanjung barat dan Pondok Cina oleh Perumnas, Tanjung Priok, hingga stasiun tanah Abang hingga Manggarai.

Dari sisi perkantoran, pada semester pertama tahun 2017, banyak perkantoran di Jakarta yang tidak berpenghuni. Hal ini dikarenakan terlalu banyak suplay sedangkan penyerapannya sangat sedikit sekali.

Sedangkan pada semester dua atau tepatnya kuartal III, penyerapan kantor di Jakarta mulai ada perbaikan. Meskipun pada periode ini masih banyak juga kantor yang masih kosong.

Dari sisi perhotelan, saat ini terus mengalami pertumbuhan. Apalagi bisnis perhotelan ini ditunjang oleh adanya teknologi yang berbasis aplikasi seperti Airbnb.

Sementara dari sisi Industri, saat ini mulai bergerak kearah timur Jakarta atau wilayah Bekasi, Karawang hingga menuju Subang. Hak tersebut tidak terlepas dari adanya pelabuhan yang akan dibangun di Subang.

Pengamat Ekonomi Universitas Brawijaya Munawar Ismail mengatakan, para pengembang harus lebih mengolah properti ke arah yang produktif dengan tentunya harga murah. Pasalnya, masyarakat akan sangat malas jika sebaliknya.

Baca juga: Saham Sektor Properti Menanti Berkah dari Pilkada Serentak

"Membeli properti itu mestinya digunakan harus untuk kegiatan produktif jadi boleh dikatakan harga-harga properti itu kadang tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh ketika properti itu dimanfaatkan. Nilai properti itu bukan berdasarkan produktivitas properti itu. Kalau produktivitasnya rendah harganya tinggi orang-orang kan semakin malas," ujarnya kepada Okezone.

Sementara dari sisi pemerintah, ada baiknya untuk memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa menstimulus properti untuk bergeliat. Seperti dengan cara meringankan pajak.

Pasalnya saat ini pajak yang dikenakan masih relatif terlalu tinggi. Belum lagi mengenai suku bunga juga yang masih terlalu tinggi.

"Nah jadi memang termasuk juga pajak yang terlalu tinggi. Misalnya PPH 26 itu terlalu tinggi, kemudian bunganya juga naik nah itu kan biaya semakin tinggi," jelasnya.

(Rizkie Fauzian)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya