JAKARTA - Program satu harga bahan bakar minyak (BBM) di daerah 3 T (Terpencil, Terluar dan Tertinggal) lumayan sukses. Sayangnya, di saat harga bensin di wilayah 3T bisa ditekan, kepincangan harga justru terjadi di daerah perkoataan.
Kondisi ironis itu terjadi di Kabupaten Supiori, Papua. Wakil Bupati Supiori, Onesias Rumere, menyebut harga eceran premium di Sorendiweri, ibu kota Supiori, antara Rp10.000-Rp20.000 per liter. Sedangkan di wilayah terluar di Distrik Aruri, nelayan bisa menikmati harga bensin dan solar lebih murah, sama dengan harga di Jakarta: premium Rp6.450 per liter dan solar Rp5.150 per liter.
Baca Juga: BBM Satu Harga, Warga Pulau Enggano: Terima Kasih Pak Jokowi
Tim Pemantau BPH Migas bersama pejabat Kemendagri, pekan lalu, melihat langsung fenomena ini. Di pusat kota Sorendiweri, puluhan pedagang bensin eceran berjejer di sepanjang jalan, sementara APMS (Agen Premium Minyak dan Solar) satu-satunya yang ada di kota itu tutup. Di kiri kanan dan depan APMS dikelilingi pedagang bensin eceran. “Bensin belum datang, jadi tutup,” ujar Onesias, kepada Tim Pemantau BPH Migas, menjawab mengapa APMS tutup hari itu.
Tim terdiri tiga orang: dua orang dari BPH Migas yakni Henny Rusdiani dan Ines Adewinda Purba serta seorang dari Kemendagri yakni Ala Baster.
Sindo Weekly mengikuti kerja tim ini. Seorang pedagang kelontong yang juga menjual BBM menjelaskan para pedagang membeli bensin ke APMS seharga Rp7.000 per liter. Pedagang eceran bensin ini bercerita bahwa pemilik APMS itu adalah putera Bupati Supiori, Jules F Warikar.
Baca Juga: Resmikan 4 Penyalur BBM Satu Harga, Menteri Jonan: Kami Akan Buat Aturan hingga ke Pengguna Langsung
Premium didatangkan dari Biak Numfor tiap empat hari sekali sebanyak 3000 liter. Truk tangki bensin berkapasitas 5.000 liter namun hanya mampu mengangkut 3000 liter karena medan yang berat. Jalan Biak Numfor-Supiori banyak tanjakan juga tikungan tajam.
Begitu mobil tangki BBM datang ke APMS, pembeli sudah antre mengular sampai ratusan meter. “Mereka adalah pedagang eceran yang datang dari berbagai desa di sekitar Sorendiweri,” ujar Onesias. Hanya dalam beberapa jam, bensin langsung ludes. Bagi mereka yang tak kebagian, terpaksa membeli ke Biak Numfor yang bisa ditempuh sekitar tiga jam perjalanan.
Baca Juga: BBM Satu Harga, Warga Enggano Nikmati Premium dan Solar dari Rp15.000 ke Rp6.450
Para pedagang dan konsumen juga bisa menitipkan jerigen pada mobil akutan penumpang jurusan Biak untuk membeli BBM. Ongkosnya sama dengan ongkos seorang penumpang atau sekitar Rp10.000 untuk satu jerigen 25 liter BBM.
Selain di Sorendiweri, putra Bupati Jules juga memiliki APMS di Korido, Distrik Supiori Selatan, Papua. Dari Sorendiweri, daerah ini bisa ditempuh selama sejam dengan jalan darat. Tak jauh berbeda dengan di Sorendiweri, APMS di Korido juga langsung ludes begitu tangki BBM Pertamina datang. Selain para pedagang eceran, bensin di Korido dibeli para nelayan.