JAKARTA - Harga minyak dunia kembali mengalami lonjakan dengan nilai yang hampir tembus USD70 per barel. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga minyak mentah di Indonesia.
Selain itu, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2017 harga minyak mentah di patok USD48 per barel. Artinya ada selisih harga yang jauh antara proyeksi pemerintah dengan harga minyak saat ini.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, akan terus memantau perkembangan harga minyak yang bisa mempengaruhi APBN 2018. Namun dia menekan kan untuk saat ini belum akan menyiapkan perubahan untuk APBN karena 2018 saja baru berjalan sekitar 2 minggu sehingga akan menjalankan APBN saat ini yang sudah dirancang dengan penuh perhitungan.
"APBN itu adalah suatu undang-undang yang khusus karena dia menyangkut suatu angka-angka yang bisa merupakan suatu komitmen yang sudah diundangkan seperti Belanja Negara. Jadi kapan, berapa belanja, untuk apa, di unit mana atau di Kementerian apa, di daerah mana itu sudah ada di dalam undang-undang APBN," ungkap Sri Mulyani di Kemenkeu, Jakarta, Senin (15/1/2018).
Baca juga: Harga Minyak Kembali Turun, Diserang Kenaikan Produksi Minyak AS
Sri Mulyani mengakui dengan kenaikan harga minyak ini makan akan mengubah dari sisi belanja negara yang ada di APBN sehingga jumlahnya itu kemudian berubah karena situasi berubah.
"Memang nilainya akan berubah karena harga minyak, nilai tukar yang bisa mempengaruhi lokasi dari belanja negara yang posnya sangat berpengaruh," jelasnya.
Namun, dengan kondisi seperti ini dia dan pihaknya sudah menyiapkan suatu kebijakan yang harus terus menjaga APBN berjalan baik setiap harinya. Karena sisi penerimaan itu adalah estimasi proyeksi dan estimasi sementara sisi belanja itu adalah komitmen dan oleh karena itu pemerintah akan selalu mengelola APBN dengan baik tapi bukan dengan mengubahnya setiap saat ada kondisi berubah.
"Tapi tidak berarti setiap perubahan kemudian kita berpikir APBN-P, karena kalau kita selalu berfikir APBN-Perubahan berarti setiap hari ada saja perubahan. Jadi kita akan tetap mengelola APBN yang penting tujuannya adalah agar APBN itu selalu terjaga dari sisi kredibilitasnya. Artinya kita selalu bisa menjelaskan kepada publik mengapa situasinya seperti ini menyebabkan kondisi perubahan seperti apa di dalam APBN dan bagaimana membiayainya," jelasnya.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik Tersengat Anjloknya Produksi AS
Sri Mulyani menekankan, yang paling penting saat ini adalah bagaimana cara menjalankan yang telah di susun dalan APBN saat ini.
"Yang paling penting adakah komitmen dari belanja itu yang tidak berubah namun dari sisi penerimaan itu berubah dan oleh karena itu kita mampu untuk menjaga kredibilitas dengan tetap menjaga seluruh postur maupun terutama komitmen-komitmen," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)