Berdasarkan data BPS pada 2017, porsi ekspor Indonesia ke AS mencapai 11,2% dari total ekspor atau senilai USD17,1 miliar. Pemerintah didesak untuk mempersiapkan mitigasi risiko salah satunya dengan memperluas pasar ekspor ke negara alternatif sehingga ketergantungan terhadap AS berkurang.
Dari sisi investasi langsung, sepanjang Januari-September 2017 berdasar data BPKM, realisasi investasi AS di Indonesia berada di peringkat keempat sebesar USD1,53 miliar atau naik USD1,1 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Tren positif investasi AS pada tahun 2018 bisa terkoreksi akibat terjadinya shutdown, ditambah adanya reformasi kebijakan AS yang mulai berlaku efektif," ujar Bhima Dengan kondisi tersebut, Pemerintah perlu terus melanjutkan reformasi investasi khususnya percepatan perizinan, deregulasi dan evaluasi insentif fiskal. Harapannya efek negatif investasi AS yang berkurang bisa di off-et oleh kenaikan investasi dari negara lainnya.
Baca Juga: Sri Mulyani: Amerika Masih Memformulasikan Kebijakan Ekonominya
Dampak shutdown di pasar keuangan akan berimplikasi pada naiknya yield surat utang yang mencerminkan kenaikan risiko serta keluarnya modal asing dari negara berkembang.
Perlu dicatat sepanjang 2017, berdasarkan laporan Bloomberg, dana asing yang keluar dari bursa saham (net sales) Indonesia mencapai USD2,96 miliar atau hampir Rp40 triliun.
Dalam jangka menengah, tekanan keluarnya dana asing menguat dipengaruhi oleh ancaman kenaikan suku bunga Fed rate sebanyak tiga kali hingga akhir tahun, instabilitas geopolitik, proteksionisme perdagangan AS, dan kenaikan harga minyak hingga USD80 per barel.
"Dengan kondisi tersebut, motor pertumbuhan ekonomi yang berasal dari investasi dan ekspor bisa terpengaruh," kata Bhima.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)