Pengakuan Pangeran Terkaya Alwaleed bin Talal Selama Ditahan

Martin Bagya Kertiyasa, Jurnalis
Selasa 30 Januari 2018 14:35 WIB
Alwaleed bin Talal. (Foto: Reuters)
Share :

JAKARTA - Miliarder Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal, akhirnya dibebaskan setelah divonis menjadi tahanan rumah, lantaran tersandung kasus korupsi. Penangkapan miliarder ini pun digambarkan sebagai "kesalahpahaman".

Melansir Reuters, menjelang pembebasannya Alwaleed mengatakan bahwa tidak ada tuntutan terhadapnya setelah penangkapan tersebut. Menurutnya, ini merupakan bagian dari tindakan keras negara Arab terhadap para koruptor pada November lalu.

"Tidak ada tuduhan. Hanya ada beberapa diskusi antara saya dan pemerintah. Yakinlah ini adalah operasi yang kita miliki, dan kita baru saja berdiskusi dengan pemerintah mengenai berbagai hal yang tidak bisa saya buka sekarang," kata dia seperti disitat dari CNBC, Selasa (30/1/2018).

"Kami berada di akhir keseluruhan cerita, dan saya sangat nyaman karena saya berada di negara saya, saya berada di kota saya, jadi saya merasa betah, tidak masalah sama sekali, semuanya baik-baik saja," tambah dia.

Baca Juga: Orang Terkaya Arab Saudi Disiksa di Penjara

Dia dan beberapa orang lainnya ditahan di kamarnya, di hotel Ritz-Carlton, Riyadh, selama dua bulan terakhir. Ini merupakan pertama kalinya seorang pangeran ditahan.

Pada November silam, pemerintah Saudi menahan dan menahan beberapa ratus pengusaha, pejabat senior dan bangsawan Saudi seperti Alwaleed di hotel Ritz-Carlton. Beberapa laporan, mengutip sumber anonim, telah menyarankan agar tahanan menyerahkan aset untuk ditukar dengan kebebasan mereka.

Alwaleed, miliarder perusahaan investasi internasional Kingdom Holding, mengatakan bahwa marah karena adanya laporan media, yang menyatakan bahwa dia dipenjara dan disiksa. "Semua bohong, sangat disayangkan," jelas dia.

Menurutnya, semua tindakan keras yang dilakukan kepada para pengusaha tersebut, diawasi oleh Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang saat ini tengah memimpin sebuah upaya reformasi di negara tersebut, guna mendiversifikasi ekonomi dari minyak dan mereformasi masyarakat Saudi.

Meski demikian, Alwaleed tidak secara spesifik menjabarkan apa yang dituduhkan kepada dia. Alwaleed mengaku dia sudah terlibat dalam begitu banyak proyek.

"Saya tidak punya apa-apa untuk disembunyikan sama sekali. Saya sangat nyaman, saya sangat santai, seperti di rumah. Semua diskusi secara umum, saya katakan kepada pemerintah bahwa saya akan tinggal selama yang mereka inginkan, karena saya ingin kebenaran dari semua urusan saya," jelas dia.

Sayangnya, kala ditanya urusan mana yang menurut pemerintah tidak pantas, Alwaleed menolak berkomentar. "Tidak ada hubungannya dengan tidak pantas atau sesuai. Semuanya sesuai," katanya.

Jaksa Agung Saudi mengatakan pada November bahwa pemerintah memperkirakan bahwa setidaknya USD100 miliar, telah disalahgunakan melalui korupsi dan penggelapan yang sistematis selama beberapa dekade. Selain itu, ada 208 individu telah ditangkap sebagai bagian dari tindakan tersebut, dengan tujuh dibebaskan tanpa tuduhan.

Berbicara kepada CNBC di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al-Jadaan tidak bersedia mengatakan apakah telah menemukan kembali USD100 miliar tersebut.

"Saya tidak bisa berkomentar mengenai hal itu, apakah kita telah memulihkan sebagian dari itu? Ya, dan saya telah mengatakannya sebelumnya, kita menggunakan sebagian darinya," katanya.

"Mereka adalah orang-orang yang sangat cerdas, dan mereka tidak meninggalkan uang tunai di rekening bank mereka. Kami tidak mungkin untuk mengembalikan uang dalam jumlah yang signifikan dalam jangka pendek. Kami telah menemukan sejumlah uang dan kami menggunakannya untuk membiayai tunjangan baru-baru ini (kepada pegawai negara) yang diumumkan oleh Raja awal bulan ini," jelas Al-Jadaan.

Dia menambahkan, dirinya tidak dapat membocorkan informasi apa pun mengenai persyaratan pembebasannya. Namun, dia mengatakan ada laporan Bloomberg yang menjelaskan bahwa pemerintah menginginkan "persentase besar Kingdom Holding dan ingin mendapatkan USD6 miliar" adalah palsu.

Saham perusahaan yang bermarkas di Riyadh tersebut melonjak 10% pada hari Minggu kemarin. Alwaleed mengatakan kepada Reuters, bahwa perusahaan tersebut akan tetap berada di bawah kepemilikannya dan bahwa tidak ada aset yang akan dialihkan ke negara bagian.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya