Dampak Gunung Agung 2017, Perekonomian Bali Tumbuh Melambat Hanya 5,59%

Nurul Hikmah, Jurnalis
Senin 05 Februari 2018 15:05 WIB
Foto: Nurul Hikmah/Okezone
Share :

DENPASAR - Status Gunung Agung menjadi awas sejak September 2017 lalu. Hal tersebut menjadi salah satu pemicu melambatnya perekonomian Bali.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik Bali Adi Nugroho di Kantor BPS, Denpasar, Senin (5/2/2018).

Baca Juga: Soal Pertumbuhan Ekonomi, Indonesia Bisa Tiru India

Dia menjelaskan, bahwa pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2017 tumbuh 5,59% lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2016 yang mencapai 6.32%. Dari sisi produksi pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makanan minuman sebesar 9.25%.

Sedangkan dari sisi pengeluaran kontribusi tertinggi masih disumbang oleh komponen rumah tangga sebesar 46.36% yang pada tahun ini tumbuh sebesar 5.59%.

Baca Juga: Ekonomi Global 2018 Diwarnai Reformasi Pajak AS hingga Harga Minyak

“Salah satu pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi ini akibat dari status Gunung Agung yang menjadi awas. Seperti kita tahu tingkat hunian hotel sempat menurun,” ungkapnya.

Dia menerangkan, ekonomi Bali pada triwulan IV 2017 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 (year-on-year) tumbuh sebesar 4.01% lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang mencapai 6.03%.

Menurutnya perekonomian Bali tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp215.36 triliun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp144.96 triliun.

Baca Juga: Wapres JK: Dunia Sudah Berubah, Banyak Buku Ekonomi Ditulis Ulang

“Hal itu dengan proyeksi penduduk Bali pada tahun 2017 ini sebanyak 4.25 juta jiwa artinya PDRB per kapita mencapai Rp50.71 juta,”ungkapnya.

Adi menerangkan, bila ekonomi Bali pada triwulan IV 2017 ini tumbuh negatif bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi pertumbuhan negatif didorong oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang hanya sebesar -11.73%.

Lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang tumbuh negatif sebesar -5.33%. Selain itu juga dan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makanan minuman yang tumbuh negatif sebesar -4.80%. Dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 45.62% juga tumbuh negatif 0.07%.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya