3. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhis tira mengatakan, selain menaikkan suku bunga acuan, BI juga harus mengeluarkan kebijakan khusus untuk mencegah dampak pengetatan moneter ke pertumbuhan kredit perbankan.
“Bunga acuan akan naik 25 bps (0,25%), tetapi proyeksinya bisa naik 4-5 kali di tahun ini,” kata Bhima.
Bhima menyayangkan kinerja ekonomi dalam negeri yang masih di bawah ekspektasi. Dia mencontohkan neraca perdagangan Mei yang kembali defisit sebesar USD1,52 miliar dan melebarnya defisit transaksi berjalan. “Itu yang membuat pelaku pasar melakukan aksi jual di bursa saham dan pasar surat utang,” ungkap dia.
Dia berpendapat, pengaruh kenaikan suku bunga acuan yang akan ditetapkan sangat kecil dampaknya dan lebih bersifat temporer.
4. Hal senada disampaikan Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurutnya, selain fokus dalam stabilisasi Rupiah dalam jangka pendek, yang harus dilakukan BI adalah memperketat kebijakan moneter dengan mempertimbangkan pelebaran defisit transaksi berjalan pada 2018 ke level 2,2- 2,3% terhadap produk domestik bruto (PDB).
“Pengetatan kebijakan moneter BI juga diperlukan serta mengoptimalkan bauran kebijakan dengan melonggarkan kebijakan makro prudensial,” ujarnya.
(Hafid fuad/Kunthy Fahmar Sandy/Oktiani Endarwati/ant/Koran Sindo)
(Rani Hardjanti)